“Aku dan Ceu Engkus beberapa kali melihat penampakan tuyul.”
“Papa tak akan suka jika kau percaya hal mistis. Pantang kita membicarakan hal mistis di rumah ini.”
Rani mengangkat bahunya. Apa sih yang Papa suka? Papa kan hanya suka uang, mobil mewah, dan perempuan cantik seksi seperti Kak Mia, kerabat Bu Caraka. Padahal Kak Mia tidak terlampau menyukai Papa, tapi Papa maju terus pantang mundur. Ia heran mengapa ibunya tetap mempertahankan tali pernikahan.
“Jika Mama khawatir, uangnya untuk jajan Rani saja,” usul Rani dengan mata berbinar. Lumayan! Bisa beli es krim matcha Cimory.
“Jangan! Sebaiknya, uangnya didonasikan saja. Tak baik memakai uang yang tak jelas asal usulnya. Nanti jadi tumbal jika bersekutu dengan makhluk mistis.”
“Kata Mama, jangan percaya hal mistis. Jadi, aku harus menuruti kalimat Mama yang mana?”
“Jangan suka mendebat orang tua! Nanti kau susah jodo. Tak ada pria yang menyukai gadis yang keras kepala,” sergah Bu Caraka agak jengkel.
Rani menghembuskan napas. Tak mudah menyatukan perbedaan antara 2 generasi.
Tuyul pun bersikeras untuk tinggal bersama keluarga Caraka selama bertahun-tahun. Ya, sudahlah. Biarkan saja tuyul menemukan kebahagiaannya sendiri. Mungkin ia lelah memiliki majikan yang diktator dan ambisius. Tuyul juga memiliki hak untuk mengejar kebahagiaannya sendiri.
***
Rani baru saja membereskan segala perlengkapan. Rok panjang, celana panjang denim, kemeja, baju tidurnya yang bermotif Mickey Mouse, kaus kaki putih, pakaian dalam, dan sepatu sneaker, sudah tertata rapi dalam koper besar. Ya, besok subuh Rani akan berangkat ke Cimahi untuk melanjutkan studi di Universitas Jenderal Achmad Yani.