Rani setengah berlari menghampiri ibunya. Kemudian, ia berbalik dan melambai ke sudut ruangan yang gelap tersebut. Hati Bu Caraka pun berdesir.
Setelah berada di rumah kesatu yang terang benderang, Bu Caraka tak bisa menahan rasa penasarannya. "Ranran, mengapa tadi kau melambai? Padahal kau hanya sendirian di ruang basement rumah kedua? Mengapa kau tak menyalakan lampu?"
Rani tertawa riang. Tapi celotehnya yang polos hampir membuat ibunya semaput. "Ma, aku tak sendiri. Ada Mang Hawuk yang menemaniku. Jika ada dia, aku tak merasa takut. Tidak ada roh halus lain yang bisa masuk ke ruangan basement."
Bagi Rani, basement rumah kedua seperti dunia tersendiri yang senyaman sarang. Aliran waktu serasa terhenti jika ia berada di sana. Tapi bagi Bu Caraka, rumah kedua membawa suasana sendu. Ia selalu merasa sedih jika berada di dalam rumah tersebut. Baru setengah tahun yang lalu, Dimas, anak laki-laki kesayangannya yang berusia 15 tahun, meninggal dunia. Ia masih sulit menerima kenyataan pahit itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI