Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kasmaran

27 Mei 2021   23:33 Diperbarui: 27 Mei 2021   23:43 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"PDKT," jawabnya. Semula aku tidak paham apa yang kembaranku maksud sampai akhirnya dua tangan yang berpegangan menyadarkanku. Aku tersenyum kecil. Aku ingat-ingat kapan Tuanku dan  gadis yang mengiris bawang itu mulai berpegangan tangan.

"Waktu naik tanjakan," kata kembaranku. Sepertinya ia tahu apa yang kupikirkan.

Ya..ya.. aku ingat sekarang. Saat itu tuanku membantu menarik gadis tersebut menaiki tanjakan. Dan sepertinya kesempatan itu tidak dilewatkan Tuanku untuk terus memegang tangan sang gadis.  

Si gadis yang tidak berusaha melepaskan pegangan membesarkan hati tuanku bahwa gayung bersambut. Herannya, tidak ada peserta lain yang melarang atau memberikan reaksi berlebihan kepada dua anak muda itu. 

Baru kutahu dari kembaran lain yang berjalan di depan dan belakang kami bahwa tanda-tanda kasmaran Tuanku kepada gadis itu sudah diketahui teman-teman di kelompoknya. Di beberapa kegiatan bersama Tuanku selalu berusaha mencari perhatian gadis itu.

 Aku tersenyum lebar karena turut bergembira. Dari sinyal-sinyal yang ditunjukkan, sepertinya gadis itupun memiliki perasaan yang tidak berbeda dengan Tuanku. Aku turut berdebar menunggu saat kapan Tuanku akan mengungkapkan perasaannya.

"Ah, Tuanku. Apakah engkau cukup bernyali?" Aku membatin.

"Seberapa lama engkau akan biarkan hatimu terombang-ambing? Berani Tuanku!" seruku keras sehingga mengejutkan kembaranku dan kembaran-kembaran lainnya. Tuanku pun hampir terjatuh karenanya karena ternyata aku tersandung akar pohon.

 Akhirnya aku memutuskan konsentrasi pada jalanan. Semakin menanjak maka semakin terdiam kelompok perjalanan ini. Sekalipun cuaca dingin membeku deru nafas dan peluh meluncur dari dahi beberapa anggota kelompok. Perjalanan melalui hutan hampir mendekati usai berganti dengan jalan raya utama yang menuju puncak gunung. 

Ketika aku, kembaranku dan kembaran-kembaran yang lain menjejak jalan beraspal, kamipun bernafas lega. Temaram hutan berganti dengan sinar bulan. 

Jalanan tanah lembek yang dirambati akar pohon yang terkadang licin berganti aspal yang keras. Untuk sementara rombongan menghentikan perrjalanan, melepas di lelah di jalan yang lengang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun