Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kasmaran

27 Mei 2021   23:33 Diperbarui: 27 Mei 2021   23:43 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Kamu keren," sahut Tuanku, "Hmm... keren ngiris bawang secepat itu," lanjutnya gelagapan ketika gadis itu memberikan pandangan bertanya.  

Tuanku beranjak tidak semata untuk mengambil beras tapi juga menyembunyikannya wajahnya yang memerah. Sesekali mencuri pandang Tuanku membantu menyiapkan konsumsi untuk acara weekend KMK.

Cinta itu memang tidak terduga. Misteri lebih tepatnya. Hanya dari memotong bawang Tuanku bisa jatuh cinta. Aku tidak habis pikir sesederhana itu  cara dia jatuh cinta, tidak seperti di cerita-cerita sinetron yang mesti mengeluarkan sekian banyak rupiah atau mempermak badannya atau pergi ke orang pintar untuk dapat mencintai dan dicintai. Karena cinta itu pula hidup Tuanku menjadi tidak biasa lagi. 

Di sela-sela waktu luang, lamunan dan impian jadi kegiatan tambahan. Dengan berbagai cara sinyal-sinyak asmara dipaparkan untuk memastikan Tuanku tidak bertepuk sebelah tangan.

Malam pekat minus penerangan di Jayagiri Lembang menyongsong kami menuruni angkot. Aku kuatir salah menjejak dalam situasi gelap seperti ini.

 "Aneh, hiking kok malam hari. Cari masalah saja," kembaranku bergumam masam. Aku tidak menjawab tetapi mengiyakan pendapatnya. Keputusan Tuanku untuk bergabung dengan KMK UPI mengadakan hiking malam hari menyesakkanku. Aku sudah membayangkan berjalan menyusuri hutan di tengah kegelapan malam demi tiba di puncak Tangkuban Perahu dini hari. Dan menyaksikan sunrise. Keren memang kedengarannya, tapi tidak 100 % keren bagi kami.

"Siap-siap saja kita berjibaku dengan binatang malam," ujarku pada kembaranku.

"Maksudmu kelelawar?" tanya kembaranku.

"Ya apapun. Yang terbang, yang merayap. Mesti lebih awas ya." Aku mengingatkan dan memilih berdiam diri karena perjalanan sudah dimulai. Aura gembira aku rasakan diantara kelompok anak muda ini. Celoteh dan obrolan mewarnai perjalanan malam ini. Berbekal senter dan cahaya bulan yang menyelinap dari balik pepohonan rombongan menyusuri jalan setapak. Semula mereka berjalan beriringan sampai entah siapa yang memulai beberapa akhirnya berjalan berdua-berdua termasuk Tuanku.

Ketika aku sempat bersinggungan dengan kembaranku aku mendengarnya berbisik, "Operasi dimulai."

"Operasi apa?" kataku tidak kalah pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun