Mohon tunggu...
Silvia Mayningrum
Silvia Mayningrum Mohon Tunggu... Penulis - an unlimited adventurer

"Kegagalan dan rasa frustasi adalah sumber dari pertumbuhan" - Koro-sensei

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teguh Akan Gemuruh

10 Juli 2020   00:34 Diperbarui: 10 Juli 2020   19:14 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Setelah mempertimbangkan matang-matang, Ibuk akhirnya pun juga menjual kebun peninggalan Bapak dengan penuh penyesalan. Ibuk berjanji pada Apri dan Adiknya bahwa beliau akan membudidayakan kembali Kopi Sidomulyo di tempat yang baru. Apri kalut. Geram. Ia ingin berontak menolak seluruh kejadian yang telah menempa dirinya, namun tak bisa. Apri menjadi benci sekali dengan seluruh perusahaan konstruksi, di usianya yang amat belia itu.

            Apri, Ibuk dan Adiknya berhijrah menuju kampung di pinggir kota. Sudah tidak ada lagi lahan kebun, daun hijau bulat telur, ceri buah kopi yang ranum, dan wangi semerbak dari bunga kopi. Ia menghabiskan masa SMP dan SMAnya disana. Ia tumbuh menjadi laki-laki yang cerdas, teguh akan pendirian, dan seorang pemimpin yang bijak, sama seperti mendiang Bapaknya. Semakin lama kecintaannya terhadap pertanian semakin tinggi. Ia takjub akan hebatnya pertanian di Indonesia yang memiliki lahan yang luas untuk mengisi perut seperempat milyar warga. Namun kadang ia miris, melihat besarnya potensi lahan, Indonesia ternyata masih impor beberapa bahan pertanian dari luar negeri. Ironi. Pertanian Indonesia juga masih sebatas produksi, belum menginjak ke dalam pengolahan. Harga jual komoditas rendah. Petani semakin miskin, padahal bertani semakin sulit mengingat perubahan iklim yang hebat. Saati tu pula, Apri tahu kemana ia harus melangkahkan kakinya setelah masa SMA usai.

            Apri melanjutkan kuliah di suatu universitas negeri. Fakultas pertanian menjadi tempat peraduannya dalam mencari ilmu. Ia menggeluti program studi Agribisnis dengan harapan dapat memaksimalkan produksi pertanian bukan hanya berupa produk primer tapi juga produk olahan, karena dengan begitu nilai tambah produk pertanian Indonesia akan semakin tinggi. Ia ingin sekali menyejahterakan petani. Ia tak ingin ada lagi orang-orang seperti Bapak yang mati-matian membela pertanian, menentang perubahan lahan pertanian menjadi bangunan. Kecintaannya terhadap kopi seakan menurun dari Bapak. Saat ini di kebun kecilnya di dekat rumah ia membudidayakan bibit kopi robusta Sidomulyo yang ia beli di dekat kampungnya dulu. Ternyata petani-petani yang dulunya menyetujui penggusuran areal kebun kopi rakyat saat ini menyesal dan kembali menanam kopi melihat peluang usaha kopi semakin tinggi di pasaran.

            Dalam bangku perkuliahan Apri sangat berprestasi dan kerap mengikuti beberapa organisasi.. Di luar kampus ia mengikuti organisasi pemberdayaan petani kopi. Ia kerap kali melakukan penyuluhan bagaimana melakukan pengolahan kopi yang benar karena hasil panen kopi bila dibandingkan dengan kopi yang sudah diolah memiliki jarak harga jual yang cukup besar. Apri memiliki ambisi jika beberapa tahun kedepan Indonesia harus mampu ekspor kopi bukan hanya dalam wujud biji melainkan juga produk bubuk kopi.

            Apri lulus dua bulan lebih cepat. Pekerjaan menghampiri. Perusahaan sana sini datang menjemput Apri. Akhirnya ia memilih bekerja di salah satu perusahaan ekspor kopi. Di sana ia menemukan fakta bahwa tingkat ekspor negara Indonesia semakin tahun semakin tinggi. Tingkat kebutuhan negara lain akan pasokan dari kopi Indonesia semakin meningkat. Dari sini Apri paham bahwa segala yang Bapak perjuangkan tidak sia-sia. Jika tidak ada orang seperti Bapak, mungkin tidak ada lagi yang akan memotivasi petani. Dan perkataan Bapak benar, saat ini kopi Indonesia sedang menginjak masa gemilaunya. Ekspor terus dijalankan tanpa henti sehingga membuat Indonesia masuk ke lima besar pengekspor kopi terbesar di dunia.

***

Jakarta, 2018  

           Sekelebat adegan di kepalaku sudah menyelesaikan jam tayangnya. Segelintir memori itu membawaku menjadi Apri yang seperti saat ini. Dari Bapak aku belajar, setiap gemuruh yang telah kau lawan dengan teguh tidak akan membuatmu kecewa meski harus berlinang air mata. Dampak dari perlawanan tersebut mungkin tidak akan kau rasakan saat ini, bisa datang pada diri sendiri atau pihak lain yang terhubung denganmu.

          Ambisiku kini telah tercapai, dari hasil jerih payahku akhirnya aku mampu membeli lahan kebun untuk Ibuk lalu ditanami kopi kembali, kopi Robusta Sidomulyo, janji Ibuk kepada Bapak. Aku pun mampu membangun perusahan olahan kopi sendiri. Perusahaanku kerap melakukan ekspor keluar negeri, dengan harapan devisa negara dapat bertambah melalui bisnis semacam ini.

         Terimakasih, Bapak.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun