Mohon tunggu...
Silvany Dianita
Silvany Dianita Mohon Tunggu... Psikolog - Pranata Humas Ahli Muda BPSDM Kemendagri dan Psikolog Klinis

When you care for yourself first, the world will also find your worthy of care.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Malfungsi Bermedia Sosial pada Tatanan New Normal

22 Desember 2021   06:40 Diperbarui: 27 Desember 2021   11:50 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, media sosial menyebabkan munculnya karakter pribadi yang baru yang dikenal dengan istilah audience generated yang memungkinkan pengguna media sosial dapat mendistribusikan konten yang dihimpun secara sendiri. 

Gambaran tersebut merupakan kondisi kebebasan berpendapat yang terjadi di Indonesia dan mungkin bahkan di seluruh dunia.

Demokrasi yang Kebablasan pada Tatanan New Normal

Proses demokrasi memiliki dua sisi mata uang yang saling mempengaruhi. Pada satu sisi memang memberikan kebermanfaatan dalam menciptakan partisipasi publik, namun di sisi lain proses demokrasi menjadi sebuah penguat pemerintah dalam mengambil keputusan terhadap kebijakan yang akan dijalankan. 

Demokrasi memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk menjalankan hak publiknya dan kebebasan berpendapat sangat dihargai dalam proses bedemokrasi karena konstitusi di Indonesia sudah menjamin hak setiap warga negaranya. Peniadaan terhadap kebebasan berpendapat tentunya akan menjadi sebuah negara menjadi otoriter dan cenderung represif.

Pemahaman terhadap demokratisasi pada tataran masyarakat sangat bervariasi. Terdapat pemahaman bahwa demokratisasi identik dengan proses politik berdasarkan suara terbanyak, pendapat lainnya ada yang mengartikan bahwa demokrasi merupakan perubahan ke arah perbaikan, demokratisasi sebagai keputusan dengan musyawarah mufakat, kemudian pandangan lainnya juga menyepakati bahwa demokrasi sebagai nilai-nilai kebebasan, hak bersuara dan menghargai sebuah kebebasan. 

Tentunya pemahaman yang bervariasi dari beberapa kelompok masyarakat dimaksud adalah dampak dari adanya era reformasi di Indonesia yang memberikan perubahan bagi sistem politik dan memberikan perubahan tatanan masyarakat dalam memaknai demokratisasi dimaksud.

Polarisasi demokrasi mulai mengalami perubahan kembali semenjak terjadinya penerapan new normal pada masa pandemi Covid-19. 

Ruang demokrasi pada tataran new normal seperti saat ini menjadikan warna berpendapat menjadi lebih lepas dari sekat-sekat karena proses demokrasi seseorang terletak pada ujung jempolnya sebagai dampak terbatasnya pertemuan masyarakat secara fisik karena kebutuhan partisipasi publik kini berpindah ke ruang digital.

Namun, akses partisipasi publik secara digital memberikan tantangan yang sangat panjang karena bentuk penyampaian pendapat setiap orang sepertinya terkesan kebablasan dengan mengatasnamakan demokrasi. 

Keberadaan TIK menjadi perantara yang melintasi batas dalam masyarakat untuk mengakses informasi. Demokrasi seringkali diartikan bahwa setiap orang bebas melakukan apa saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun