Terpenjara tapi merdeka: Revolusi sunyi dalam Dhamma
Oleh: Siauw Joen Kiong
"Tak ada jeruji yang lebih kuat daripada batin yang terikat oleh nafsu, kebencian, dan delusi."
-- Refleksi Dhamma
1. Penjara Tak Selalu Berbentuk Dinding
Ketika kita membayangkan "penjara," yang terlintas biasanya adalah ruangan sempit, jeruji besi, dan baju tahanan. Tapi menurut Buddha Dhamma, penjara terberat bukan yang dibuat oleh hukum manusia, melainkan yang dibangun oleh batin sendiri.
Batin yang dikuasai oleh tanha (keinginan tak terkendali), dosa (kebencian), dan moha (kegelapan batin) bisa membuat seseorang terkekang seumur hidup, meski tubuhnya bebas melanglang buana.
Dan ironisnya, banyak orang bebas yang justru hidup lebih terpenjara daripada mereka yang berada dalam lembaga pemasyarakatan.
2. Revolusi Sunyi Dimulai dari Dalam
Di beberapa vihara yang berada di dalam lapas, sering terjadi momen menyentuh: seorang narapidana duduk diam, mata terpejam, napas perlahan, dan senyum damai di wajahnya. Ia tak sedang berkhayal. Ia sedang bebas.
- Bebas dari dendam.
- Bebas dari rasa bersalah.
- Bebas dari amarah dan kekosongan.
Inilah revolusi sunyi. Sebuah gerakan dalam batin yang tidak terlihat, tapi terasa. Revolusi ini tidak menggulingkan sistem luar, tapi membongkar sistem batin yang penuh belenggu.
Melalui Sati (perhatian penuh) dan Pa (kebijaksanaan), seseorang dapat memutus rantai batin yang mengekang.
3. Batinmu Bisa Menjadi Penjara, atau Gerbang Kebebasan
Buddha berkata:
"Mana attan natthi ver, kuto ver labbhati?"
(Jika dirimu sendiri tidak menjadi musuhmu, dari mana datangnya musuh?) -- Dhammapada 66
Apa artinya? Bahwa musuh terbesar kita bukan orang lain, tapi diri sendiri yang belum tercerahkan.
Banyak milenial hari ini merasa terkurung dalam kecemasan sosial, tekanan keluarga, ekspektasi pekerjaan, dan rasa hampa eksistensial. Tanpa sadar, mereka hidup dalam penjara batin:
- Terjebak citra media sosial
- Terpenjara oleh "FOMO" dan overthinking
- Diborgol oleh luka masa lalu yang tak pernah disembuhkan
Dan jalan keluar bukanlah kabur. Tapi masuk lebih dalam --- melalui meditasi, perenungan, dan pemahaman Dhamma.
4. Dhamma: Jalan Sunyi Menuju Kebebasan
Dhamma bukan doktrin. Ia adalah cermin kebenaran.
Ia mengajarkan bahwa kebebasan sejati bukan hasil dari perubahan eksternal, tapi perubahan batin. Bahkan Buddha sendiri baru disebut "yang telah bebas" (arahant) bukan karena Ia keluar dari hutan, tapi karena Ia keluar dari "penjara batinnya" --- kilesa.
Saat kita mulai melatih:
- Sla (etika)
- Samdhi (konsentrasi)
- Pa (kebijaksanaan)
Kita sedang mengikis jeruji batin yang menahan potensi terbaik diri kita.
5. Untuk Kita yang Masih Mencari Jalan Keluar
Kamu mungkin tidak berada di dalam sel. Tapi jika kamu:
- Merasa terus-menerus lelah tanpa alasan
- Sering menyalahkan diri sendiri atau masa lalu
- Takut kehilangan tapi juga takut mencoba
... mungkin kamu juga sedang "dipenjara".
Kabar baiknya: kamu bisa bebas. Mulai dari sekarang.
Revolusi sunyi itu tak butuh senjata, hanya keberanian untuk melihat ke dalam.
"Lebih baik menaklukkan diri sendiri daripada menang atas seribu musuh dalam seribu pertempuran."Â Â ---Â Dhammapada 103
 Penutup: Kebebasan Itu Hak Batinmu
Revolusi sunyi ini bukan hanya untuk para narapidana. Tapi untuk siapa saja yang ingin benar-benar hidup.
Karena sesungguhnya...
Mereka yang tubuhnya dikurung, bisa lebih bebas dari mereka yang batinnya dipenjara.
Dan Dhamma---adalah jalan keluar yang selalu tersedia bagi siapa pun yang siap melangkah masuk ke dalam dirinya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI