Narator (Mira Lestari):
Taman Mira selalu menjadi kebanggaannya---anggrek yang tersusun rapi, kolam ikan yang berkilau, dan pagar yang seolah berbisik, "Semuanya sempurna di sini." Tapi taman itu juga menyimpan rahasia, seperti saya dulu. Alya Santoso pikir dia hanya mencari jawaban, tapi setiap langkah yang ia ambil di taman saya membawanya lebih dekat ke kebenaran yang tak ia siapkan. Dan di Puri Anggrek Elit, kebenaran selalu datang dengan harga.
Alya Santoso duduk di kafe kecil dekat gerbang Puri Anggrek, menatap Sita Rahayu yang duduk di depannya dengan wajah penuh kecemasan. Meja kayu di antara mereka dipenuhi cangkir kopi kosong dan piring berisi sisa kue pisang. Alya memegang gelang perak dengan inisial "M.L." di tangannya, sementara Sita menceritakan temuan dokumen di meja kerja suaminya, Bima, yang menyebut nama Mira.
"Aku nggak tahu apa artinya, Alya," kata Sita, suaranya rendah tapi penuh ketegangan. "Tapi nama Mira ada di dokumen itu, dan jumlah uangnya... miliaran. Bima nggak pernah cerita apa-apa soal Mira. Aku takut dia terlibat sesuatu yang berbahaya."
Alya mengangguk, jari-jarinya memainkan gelang itu. "Aku juga nemu ini di taman Mira kemarin," katanya, menunjukkan gelang itu. "Dan surat yang aku ceritain---Mira bilang kita nggak bisa percaya siapa pun di sini. Kamu pikir... kamu pikir Bima tahu sesuatu soal kematian Mira?"
Sita memalingkan muka, matanya penuh keraguan. "Aku nggak tahu. Bima bukan tipe orang yang suka rahasia, tapi akhir-akhir ini dia aneh. Sering teleponan di kamar kerja, pulang larut. Aku takut tanya langsung, soalnya dia pasti bakal marah."
Alya menatap Sita, mencoba membaca ekspresinya. Surat Mira membuatnya paranoid, tapi Sita adalah satu-satunya orang yang terasa bisa dipercaya---setidaknya untuk saat ini. "Sita, kita harus cari tahu lebih banyak. Kalau Mira nggak bunuh diri, berarti ada sesuatu yang besar di sini. Dan gelang ini... mungkin ini petunjuk."
Sita mengangguk, tapi wajahnya masih penuh kekhawatiran. "Oke, tapi kita harus hati-hati. Aku nggak mau anak-anakku ikut terseret. Dan Bima... aku harus tahu apa yang dia sembunyikan."
Setelah pertemuan, Alya memutuskan untuk kembali ke taman Mira. Ia tak tahu apa yang ia cari, tapi gelang itu membuatnya merasa ada sesuatu yang terlewat. Rumah Mira masih disegel dengan garis polisi, tapi taman di sampingnya terbuka untuk umum. Alya berjalan di antara semak-semak, matanya mencari apa saja yang tak biasa. Anggrek-anggrek Mira masih mekar, tapi ada sesuatu yang terasa salah---seperti taman ini menyimpan rahasia.
Saat ia mendekati kolam ikan, Alya melihat sesuatu berkilau di bawah air. Ia berlutut, mengabaikan lumpur yang mengotori celananya, dan merogoh ke dalam kolam. Tangannya menyentuh sesuatu yang keras---sebuah kotak logam kecil, terkubur di dasar kolam. Dengan susah payah, ia menariknya keluar, jantungnya berdetak kencang. Kotak itu terkunci, tapi ada inisial "M.L." terukir di permukaannya.
Alya merasa campuran antara takut dan bersemangat. Apakah ini milik Mira? Dan apa isinya? Ia ingin membukanya sekarang juga, tapi suara langkah di belakangnya membuatnya tersentak. Ia menoleh dan melihat Ryan, tetangga misterius, berdiri di dekat pagar dengan anjing kecilnya.