Mohon tunggu...
Best Siallagan
Best Siallagan Mohon Tunggu... Hobby membaca dan menulis

- AI Enthusiastic - Suka membuat cerita - Suka Nonton Film - Suka Nonton Bola (Penggemar Leonel Messi) - Millenial yang menolak ketinggalan untuk belajar teknologi masa depan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kopi dan Musik di Kafe Mengiringi Kegagalanmu: Berhenti Jadi Pecundang!

7 Agustus 2025   13:18 Diperbarui: 7 Agustus 2025   13:18 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang menikmati kopi di kafe (Photo by birmelek: www.pexels.com)

Sebelum membaca, saya mau disclaimer dulu. Tulisan ini saya tujukan buat Gen Z dan bapak-bapak muda kelas menengah ke bawah. Dari kalangan bawah yang doyan ke kafe nongkrong sementara anak istrinya masih banyak kebutuhan. Mohon tidak ada yang tersinggung.Tidak ada niat untuk mendiskreditkan siapapun.

Oke, selamat membaca!

Di era digital ini, fenomena nongkrong di kafe menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup anak muda, khususnya Gen Z. Segelas kopi hangat, alunan musik yang menenangkan, dan suasana yang "Instagramable" seakan menjadi pelarian ideal dari penatnya rutinitas. Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya: apakah ini benar-benar sebuah kebutuhan atau hanya ilusi yang diciptakan oleh tren?

Coba kita analisa lebih dalam, apa urgensi nya kita untuk nongkrong dan dicafe menikmati kopi dan alunan musiknya. Coba lihat hidup kita sekarang dan tanya hati nuraninya, apakah kamu butuh itu?

Pernahkah terbesit di pikiran Anda, bahwa di saat Anda asyik menikmati kopi seharga puluhan ribu di kafe, istri atau ibu Anda mungkin sedang berjuang mengantri gas Elpiji 3 kg? Saat Anda memposting foto kopi dengan caption tentang "me time," apakah Anda sadar bahwa di rumah, masih banyak hal yang bisa diperbaiki dan diurus? Bisa jadi sepatu sekolah anak anda sudah robek dan minta diganti. Bisa jadi atap rumah anda sudah bocor dari bulan lalu dan belum diperbaiki. Apakah itu yang benar-benar ada di otak kita?

Ini bukan tentang melarang Anda menikmati kopi atau musik. Ini tentang memprioritaskan. Ini tentang menempatkan perjuangan dan realita keluarga di atas keinginan sesaat. Ini tentang menyadari bahwa setiap rupiah yang kita keluarkan untuk hal yang sifatnya pelarian, seharusnya bisa dialokasikan untuk hal yang lebih substansial seperti membantu orang tua, memperbaiki kondisi rumah, atau berinvestasi untuk masa depan. Atau membeli skincare istri anda supaya lebih cantik.

Kopi di kafe hanyalah kopi. Musik hanyalah musik. Keduanya bisa didapatkan di rumah, dengan biaya yang jauh lebih murah. Yang membedakan adalah tujuan kita. Apakah kita ingin lari dari realita, atau kita ingin menghadapinya?

Berhentilah mengeluh, berhenti mencari pelarian, dan mulai beraksi. Daripada memikirkan di mana tempat terbaik untuk nongkrong, lebih baik kita memikirkan bagaimana cara meningkatkan penghasilan, bagaimana menata hidup menjadi lebih baik, dan bagaimana membanggakan keluarga.

Fokus kita seharusnya bukan pada kenikmatan sesaat, melainkan pada perjuangan jangka panjang. Keberanian untuk menghadapi kenyataan, mengambil tanggung jawab, dan bekerja keras adalah tiket nyata menuju kehidupan yang lebih baik, bukan secangkir kopi di kafe.

Jadi ketika ditanya bagaimana pendapatmu tentang kafe dan royalty musik jawaban saya. 'Perse**n' dengan itu. Kita ga butuh itu. Kita hanya butuh memikirkan dapur harus berasap, anak anak lancar sekolah, istri dan orang tua kita sehat. Berjuanglah untuk mereka, bertindaklah. Berhenti jadi Pecundang!!.

Note: Tulisan ini saya tujukan untuk teman-teman saya pejuang keluarga dari kalangan menengah ke bawah. Kalau anda dari kelas menengah keatas. Skip aja, kalau bisa berikan juga teman-teman saya motivasi dan jalan keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun