Satu hal yang menarik dari "The Book of Disquiet", yaitu Pessoa tidak pernah mengkalim bahwa dia merupakan penulisnya.Â
Sebaliknya, Passeo mengkreditkan penulis buku tersebut ke seorang pria bernama Bernado Soares, seorang asisten pemegang buku dari Lisbon Portugal, serta mungkin seorang pria bernama Vicente Guedes.
Yang mencengangkan kemudian bahwa Guedes dan Soares, bagaimanapun, tidaklah nyata. Mereka justru merupakan karakter-karakter yang dibuat Pessoa untuk membuat buku. Sampai akhirnya, berbagai nama samaran---penulis fiktif yang dia kreditkan pada halaman dan koleksi buku yang berbeda---telah ditemukan di seluruh koleksi besar semua halaman manuskrip Pessoa.Â
Uniknya, Pessoa bukan hanya menggunakan nama-nama samaran yang berbeda, tetapi juga menciptakan karakter, gaya penulisan, kepribadian, serta pandangan dan cerita latar yang masing-masing berbeda pula.Â
Pessoa menyebut karakter penulis itu sebagai heteronim dan dia menggunakan sekitar delapan puluh karakter yang dia tulis di sepanjang hidupnya.
Jadi, "The Book of Disquiet" bukanlah buku non-fiksi dari penulis anonim, bukan juga novel atau cerita fiksi, melainkan di antara keduanya. Karena itu, "The Book of Disquiet" sering digambarkan sebagai buku otobiografi paling aneh yang pernah ditulis.
Pessoa sendiri menggambarkan "The Book of Disquiet"nya sebagai otobiografi tanpa fakta, atau otobiografi seseorang yang tidak pernah ada. Dengan struktur dan gaya bukunya yang unik, dalam banyak hal, maka pendukung penting dari tema buku penggunaan heteronym yang tampaknya memperkuat tema filosofis utama di seluruh karyanya adalah sifat diri yang terfragmentasi dan ilusi.
Dengan akurasi luar biasa dan kepedihan yang terasa katarsis untuk dibaca, di sepanjang buku "The Book of Disquet" ini, Pessoa menggambarkan keterasingan, disorientasi, dan kesepian yang melekat terkait pengalaman dirinya.
Dia menulis, "Saya tidak tahu bagaimana merasakan mencintai. Saya adalah karakter dalam sebuah novel yang belum ditulis, melayang di udara, dan hilang, bahkan sebelum saya ada di antara mimpi seseorang yang tidak pernah benar-benar berhasil mengembuskan napas kehidupan ke dalam diri saya. Saya selalu berpikir dan selalu merasakan, tetapi pikiran saya tidak memiliki semua alasan, emosi saya tidak memiliki semua perasaan. Saya jatuh melalui pintu jebakan ke dalam ruang tak terbatas, dalam kejatuhan kosong tanpa arah. Jiwa saya adalah pusaran hitam, kegilaan besar yang berputar di sekitar ruang hampa, pusaran lautan luas di sekitar lubang kehampaan, dan di dalam air seperti angin puyuh, gambar mengambang dari semua yang kulihat atau kudengar di dunia: rumah, wajah, buku, kotak, penggalan musik dan suara, semuanya terperangkap dalam pusaran air yang menyeramkan dan tidak memiliki dasar. Dan saya sendiri adalah pusat yang ada hanya karena geometri jurang menuntutnya. Saya adalah ketiadaan tempat semua ini berputar. Saya adalah pusat yang ada hanya karena setiap lingkaran memilikinya."
Bagi Pessoa, pemahaman diri atau mungkin upaya untuk memahami diri adalah terjun bebas ke dalam lubang kelinci dengan pendaratan yang membunuh diri kita.Â
Ketidakmungkinan untuk memahami dan mengomunikasikan pengalaman internal kita saat terjun bebas ini menyebabkan kegelisahan dan diorientasi seumur hidup.