Berpikir positif bisa berhasil---terkadang. Misalnya, studi pencitraan otak tahun 2015 terhadap 67 orang menemukan bahwa afirmasi diri berdasarkan nilai-nilai peserta mengaktifkan pusat penghargaan otak dan memotivasi mereka untuk mengubah tindakan mereka di masa depan.
Namun demikian, para peneliti juga menemukan bahwa efektivitas berpikir positif bergantung pada faktor-faktor individu seperti seberapa cemas kita, kepribadian kita, latar belakang budaya dan sistem kepercayaan kita, dan jenis mekanisme koping yang kita miliki. Hasil studi tahun 2009 itu, misalnya, studi yang menemukan bahwa kalimat-kalimat motivasi bekerja untuk orang-orang yang memiliki harga diri tinggi---para peserta merasa jauh lebih baik setelah mengulangi kalimat motivasi, tetapi ternyata ditemukan juga bahwa pernyataan diri yang positif menjadi bumerang bagi orang-orang dengan harga diri rendah.
Jadi, tentang bumerang, ada satu kelompok orang yang selalu berpandangan bahwa pemikiran positif hampir tidak pernah berhasil. Kelompok ini disebut "pesimis defensif", yaitu orang-orang yang terlalu memikirkan segalanya dan membayangkan semua hal yang bisa salah dalam suatu situasi---para psikolog memperkirakan sebanyak 30% orang mungkin pesimis secara defensif. Nah, apakah kita termasuk kelompok ini?
Meskipun pemikiran semacam ini mungkin tampak seperti perang, sejumlah penelitian telah menemukan bahwa membayangkan semua skenario terburuk adalah gaya koping yang disukai oleh pesimis defensif. Pikiran negatif membuat orang-orang tidak mudah mengalami depresi ketika sesuatu yang buruk terjadi, seperti seorang teman meninggal, karena mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersiap menghadapi yang terburuk.
Pandangan pesimis juga dapat membantu memotivasi mereka untuk mengambil kendali dalam situasi, dan anehnya, itu dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka---seolah-olah jika para pesimis defensif dipaksa untuk optimis, itu justru merusak kinerja mereka. Jadi, mungkin bagi sebagian orang, selalu melihat sisi gelap kehidupan sebenarnya lebih baik daripada mencoba melihat hikmahnya.
Tampaknya, tidak ada satu pun strategi untuk meningkatkan harga diri atau untuk menghadapi semua hal buruk yang dilemparkan kehidupan kepada kita. Jika memikirkannya, kita mungkin sudah tahu apa yang paling cocok untuk kita. Jika merasa seperti memaksakan diri untuk memikirkan hal-hal yang membahagiakan dan ternyata itu tidak membantu, kita tidak perlu menyalahkan diri. Namun, jika mengulangi kalimat-kalimat motivasi memberi kepercayaan diri dan kegembiraan, tidak ada salahnya kita melakukannya.