"Kebutuhan sederhana di Ramadan lebih baik dari kemewahan yang menyesatkan."
Ramadan identik dengan kemurahan rezeki dan berkah, sehingga banyak pelaku bisnis yang memanfaatkannya dengan memberikan penawaran-penawaran promosi yang menggiurkan. Mulai dari potongan harga besar-besaran, buy one get one free, hingga hadiah-hadiah langsung untuk pelanggan setianya. Tak pelak, promosi ini memikat perhatian masyarakat untuk berburu barang-barang dalam rangka menyambut Ramadan.
Di balik kemegahan promosi tersebut, ada bahaya yang mengintai jika kita tidak cerdas dalam mensikapinya. Ada banyak dampak negatif dari promo-promo yang ditawarkan para pelaku bisnis selama Ramadan yang patut diwaspadai. Â
Dampak pertama dan paling utama adalah pemborosan. Daya tarik promo memang bisa bikin kita tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Harga murah dan tawaran menggiurkan seolah menghipnotis kita untuk berbelanja lebih dari kebutuhan yang sesungguhnya.Â
Ambil contoh saat promo member potongan harga 50% untuk barang fashion seperti baju, celana, sepatu, dan aksesoris lainnya. Konsumen bisa tergoda untuk membeli lebih banyak pakaian baru meskipun lemari masih penuh dengan pakaian lama yang masih layak pakai. Ujung-ujungnya, barang yang kita beli hanya menumpuk menjadi barang tak terpakai.
Inilah dampak negatif kedua dari tawaran promo, yaitu penumpukan barang yang berlebihan. Selain menyebabkan pemborosan uang, penumpukan barang juga mengakibatkan tempat tinggal kita menjadi sempit dan tidak nyaman. Bayangkan saja jika kita membeli bahan makanan dalam jumlah besar seperti minyak goreng, tepung, gula, dan bahan pokok lainnya untuk memanfaatkan promo, tetapi ternyata tidak sanggup untuk menghabiskannya sebelum kadaluarsa.Â
Makanan yang menumpuk dapat membusuk dan menjadi sarang bagi serangga atau binatang pengerat. Sama saja membuang-buang uang dan makanan. Tidak hanya itu, penumpukan barang yang berlebihan juga rawan menyebabkan kerusakan dan kehilangan barang tersebut.
Lebih jauh lagi, kebiasaan berburu promo bisa memicu gaya hidup konsumtif yang selalu haus untuk berbelanja meskipun barang-barang tersebut tidak dibutuhkan. Pola pikir seperti "Habis, itu murah kok" atau "Sayang kalau tidak diambil, nanti kehabisan" akan tertanam dalam benak, hingga sulit keluar dari lingkaran belanja yang tidak penting.Â
Pada akhirnya uang yang seharusnya bisa ditabung atau diinvestasikan ke hal yang lebih produktif, terbuang percuma untuk memenuhi keinginan sesaat. Inilah awal dari terciptanya budaya konsumerisme yang sebenarnya tidak sehat dan dapat membawa seseorang pada kebiasaan boros dan gaya hidup yang tidak berkelanjutan.