Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... Dosen - DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Shofwan, lahir 12 Desember 1952, Sijunjung Sumatera Barat. Suku Melayu. Isteri Dra. Hj. Imnati Ilyas, BA., S.Pd., M.Pd., Kons. Imnati bersuku Pagar Cancang, Nagari Balai Talang, Dangung-dangung, 50 Kota Sumbar. Shofwan, sekolah SR/SD di Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidayah al-Hidayatul Islamiyah di Sirih Sekapur, 1965. SMP, Jambi, 1968. Madrasah Aliyah/Sekolah Persiapan IAIN-UIN Imam Bonjol Padang Panjang, 1971. BA/Sarjana Muda tahun 1976 dan Drs/Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah IAIN-UIN Imam Bonjol Padang,1982. MA/S2 IAIN-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991. DR/S3 UIN Syarif Hidayatullah-UIN Jakarta, 2008.*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Sejarah Lokal Muhammadiyah: Buya Abi Konsisten Quran dan Sunnah

10 Agustus 2020   15:05 Diperbarui: 17 Agustus 2020   05:54 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drs. H. Abizar Lubis, M.Ag. (1950-2020) 3 dari kanan bersama Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag (1956-2020) Ketua PP Muhammadiyah. (Foto Dok Pribadi)

Setiap acara Muhammadiyah, apabila tidak terlalu formal, Drs. H. Abizar Lubis, M.Ag (lh 5 April 1950 wafat 9 Agustus 2020) dengan panggilan akrab Buya Abi, selalu berkata begini. "Apabila memulai pidato atau sambutan, biasakanlah membaca kalimat tahmid yang sesuai dengan Hadis saw. Supaya menjadi bernilai ibadah".

"Rasulullah biasanya membaca kalimat tahmid seperti ini", ujarnya.

Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu

 Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa
 
 Manyahdihillahu falah mudhillalah Wa man yudhlilhu falaa haadiyalah
 
 Wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.

[Segala puji bagi Allah yang hanya kepadaNya kami memuji, memohon pertolongan, dan mohon keampunan.

Kami berlindung kepadaNya dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalanNya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.


Dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah saja, yang tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya]

"Bacaan ini terdapat di dalam hadis riwayat Muslim, Abu Daud dan Imam Ahmad. Menurut sebagian ulama, lebih baik kita membaca tahmid yang sesuai dengan hadis draipada kita buat dan kita susun sendiri," sambung Buya.

Menyebut "sebagian ulama" itu, Buya Abi sebenarnya tidak membatalkan pengucapan tahmid dengan cara yang lain. Buya lebih kepada anjuran. Anjuran ini selalu diulang-ulangnya. Jupaghni di dalam blog jupagni.gurusiana.id mengutip lagi testimoni Buya Abi ini. Bahkan di situ Jupaghni menyambungnya, bagaimana Buya Abi memberi taushiyah atas wafatnya seseorang pada suatu waktu.

Dokpri
Dokpri
Tentu saja testimoni Buya Abi tidak hanya itu. Menurut seorang pengamat, Eska, Buya ini hebat. Di dalam imajinasi Eska,  mungkin Buya Abi menyebutnya begini. Boleh pula tahmid awal pembukaan sambutan atau pidato pada iftitah mengutip Quran, seperti antara lain As-Saff, 61: 9 dan ayat pada surat lainnya.

Beberapa hari lalu dari WA Buya Hamidi tertulis, Buya Abi di rawat di RS Stroke Bukittinggi. Konfirmasi langsung dilakukan Eska. Indra Madi, Sekretaris PDM Padang Panjang Batipuh X Koto (Pabasko) membenarkan. Pada chatting berikut di berbagai grup WA keadaan Buya Abi sudah viral. Pada chat berikutnya, Mantan Ketua DPRD Padang Panjang tadi menayangkan foto di tempat perawatan Buya Abi.

Tiba-tiba kemarin (9/8/2020) Eska tersadar. Calling dari Indra Madi menyentaknya. Buya Abi sudah mendahului kita semua. Innalillahi wa inna iliahio rajiun. Beliau wafat di Rumah Sakit pukul 11.00 Wib. Ini bulan duka. Sebelumnya Buya Zamzainir Ketua PDM Pessel wafat. kompasiana.com/shofwankarim

Prosesi jenazah dilanjutkan di kediamanya, Kampung Manggis Padang Panjang. Dilepas oleh Walikota Padang Panjang, H. Fadly Amran. Dilepas oleh Ketua PDM Pabasko sebelum Buya Abi, Buya Drs. H. Mirdas Ilyas. Ramai tokoh masyarakat dan warga serta  tokoh Muhammadiyah Padang Panjang dan Sumbar hadir. Pemakaman selesai sesudah waktu Asar pada hari yang sama.

Pada waktu tak lama, masuk lagi WA. Umi Rahana (93th), isteri lamarhum Buya Hasan Bayk, dipangil pula keharibaan-Nya. Umi berjasa mendampingi Buya sepanjang hidup dalam pengabdian kepada umat melalui persyarikatan Muhammadiyah. Bahkan rela tinggal di lantai 2 rukonya Jl Yamin, demi supaya dekat berulang jalan kaki  ke Masjid Raya Muhammadiyah Pasar Raya Padang.

Kembali ke Buya Abi. Eska meminta Indra Madi mengirim data Buya seperti tertayang di lembaran ini. Di situ tertulis biodata dan sosdik singkat. Merasa perlu melengkapi itu, Eska susun berikutnya tayangan pergaulan sosial dan intelektual dengan beliau. Hal yang sama sudah Eska tulis untuk beberapa tokoh lain sebelum ini. Baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.

Kembali ke Buya Abi. Eska mengenal tokoh kita ini pada perkisaran 69-70-an. Ketika Buya  sekolah di Thawalib Padang Panjang. Waktu itu Eska di Sekolah Persiapan IAIN IB Padang  Panjang. Beliau lebih senior dari Eska. Dunia pendidikan madrasah di Padang Panjang masa itu mempunyai tradisi "Muhadarah". Setiap siswa, atau sekarang istilahnya santri, wajib latihan pidato dan ceramah. Mungkin skarang disebut program eks-skul.

Latihan mengasah olah fikir, otak  dan retorika. Latihan tampil dan  bicatra di depan publik. Melatih lafal dan hafalan ayat, hadis, (mahfuzat) kalimat ahlul hikmah, syair serta pepatah Bahasa Arab, Indonesia dan Minang. Gaya di Mimbar. Mimikri gerak  wajah. Gesture, atau gerak tangan, tubuh dan mata. Vokal, atau kualifikasi volume suara dan intonasinya.

Ini semua penting. Masa itu, kalau libur,  terutama bulan Ramadhan wajib pulang kampung. Sebagian besar siswa yang belajar di Padang Panjang, baik tingkat Tsanawiyah atau Aliah (sekarang) adalah mereka yang dari rantau atau luar Padang Panjang. Lebih banyak lagi yang dari luar Sumbar. Di kampung,  masa libur puasa itu  mereka wajib menjadi muballigh atau da'i. Kala itu kurang sekali acara pengajian dengan cara tabligh di luar Minangkabau.

Sebagai uji coba kemampuan, guru akan menugaskan siswa menjadi muballigh pengganti. Eska pertama kali menggantikan atau istilah "krennya" diutus gurunya. Mulai dari Syamsul Bahri Khatib, BA ( belakangan Prof. Dr. Drs. H. BA, MA) dan Dekan FU IAIN IB, Ketua MUI Sumbar dan Ketua Baznas Sumbar. Sampai membawa nama guru kesayangan berikutnya H. Djamaan Karim Jum'ah, MA., Sudirman, (H. Drs., M.Ag ) dan lainnya. 

Buya Mirdas Ilyas, yang hadir tadi adalah teman sekelas dan setempat kost di Padang Panjang. Buya Mirdas terkenal di samping Muballigh adalah Ustazd didikan subuh yang handal di peralihan tahun 69/70 tadi. Guru Qura yang fasih ini dan enak mendengarnhya menjadi Imam sampai kuliah Jursan Bahasa Arab sampai Drs di IAN IB Padang bersama Eska. Buya Mirdas mewakili Eska dan semua koleg yang yang sempat hadir melepas Buya Abi kemarin.

Di masa yang diaparkan ini, Abizar Lubis juga aktif di Masjid dan Musalla di Padang Panjang menjadi asisten para muballigh guru Tahwalib. Eska sering bertemu senja atau malam hari sesudah"malenseng" itu. Malenseng, istilah ringan untuk mereka yang berpidato tingkat pemula di Masjid dan Musalla Padang Panjang, tahun 69/70-an itu. 

Ada kenangan Eska di masa orang menyebut Padang Panjang sebagai kota dingin itu.  Meresap di dalam genetika intelektual, guru di empat Madrasah dan sekolah: Tawalib, Diniyah Putri, Kuliyatul Muballighin Kauman dan SP-IAIN banyak yang duplikasi alias sama. Mereka mengajar di dua atau 3 bahkan ada yang pada keempat madrasah itu sekaligus.

Tentu untuk mata pelajaran yang sama. Maka tidak salah kalau abiturien (alumni) keempat madrasah dan sekolah itu dalam penguasaan dan pemahan studi agama dan keislaman serta karakter ilmu mereka mirip dan mungkin rata-rata air adalah sama. Begitu pula kemampuan "malenseng" ada miripnya. Selain itu, para siswa di keempat madrasah dan sekolah itu juga banyak yang saling pindah. Tentu dengan berbagai alasan.

Di dalam pergaulan Eska, terasa Buya Abi sejak muda lebih dominan penguasaan quran dan hadis serta dalil-dalil agama tekstual yang mendukung. Lebih mengena kepada inti. Kurang "galomok". Tetapi sekali keluar, "garah"-nya, para jamaah saling pandang dan tersipu, rasa ditikam ulu hati masing-masing.

Pantas saja  di dalam muzakarah dan mujadalah beliau banyak menguasai forum.  Untuk yang satu ini, Eska ingat  Ketua MTT PWM Sumbar sekarang, Dr. H. Zulkarnaini, M.Ag. Mereka sama-sama mendalam sauk ilmu fikih, tafsir, hadis dan mantiq. Begitu pula penguasaan teks dan dalil agama yang relevan.  Dan Buya Abi pernah pula menjadi Ketua MTT PWM Sumbar 2000-2005.  

Sebagai Ketua PDM meski masanya 2015-2020, tetapi karena Muktamar belum terlaksana, Buya masih Ketua. Muktamar yang tertunda akibat Pandemik Covid-19 merembes ke bawah. Muswil, Musda, Musca dan Musra (Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting) tertunda pula.

Buya selama 5 tahun ini ditopang oleh pimpinan daerah, majelis dan amal usaha yang handal di Padang Panjang. Ada beberapa tokoh yang menjadi sahabat beliau di Padang Panjang yang bertungkus lumus menggerakkaan amal usaha dan kegiatan PDM yang bepusat di Kauman Padang Panjang.

Sejauh ini, tanpa mengurangi jasa beliau dan tokoh Muhammadiyah Pabasko lainnya, paling mononjol adalah Madarasah Aliah KMM Kauman. Yang lain tetap terpelihara tetapi yang satu ini sangat berkilau. Berikutnya Masjid Raya Taqwa Muhamadiyah, Kauman Padang Panjang.  Pusat Pertokoan dan Hotel H Muin Sidi yang diresmikan sebagai Kawasan Bisnis Muhammadiyah Padang Panjang pada 15 Maret 2020 lalu.

Bila KMM dimotori oleh Umi Derliana, MA dengan Guru-guru dan Mejelis Pendidikan PDM serta tokoh Muhammadiyah lain, maka yang kedua, Masjid Raya Kawasan Bisnis dimotori oleh Buya Ali Usman Syuib, SE. Hubungan Buya Abi dengan Buya Ali membawa berkah. 

Sarjana Ekonomi yang alumni Tawalib Padang Panjang itu tampak besahabat kental. Boleh jadi kareana sesame alumni Tawalib. Mungkin pula karena yang disebut belakangan tadi wiraswastawan yang berjiwa dan bersemangat tinggi membangun pendidikan agama. 

Abi (tengah). Foto: Dok/RI Minangkabau News)
Abi (tengah). Foto: Dok/RI Minangkabau News)
Buya Ali adalah produk bangunan dan besi yang berlabel Toko Al-Hidayah di Padang Panjang. Untuk ukuran Sumbar, Al Hidayah amat besar. Ali mendirikan Yayasan Wakaf Hikmah pada 2 Agusutu 2002. Kegiatan awal Yayasan ini pengajian, pengkajian islam dan bimbingan ibadah haji. Boleh jadi Buya Abi adalah tokoh utama mendampingi Buya Ali sebagai pendiri dan kemudian pemimpin Yayasan inin

Pada tahun 2008 Yayasan Hikmah mendirikan Perguruan Islam Darul Hikmah. Pimpinan Darul Hikmah dipegang oleh Drs. H. Abizar Lubis, M.Ag. Deangn sistem sekolah Islam berasrama, sekolah tingka SMP ini cukup maju sekarang. Sarana dan prasarana serta fasilitasnya cukup lengkap. Bahkan untuk Padang Panjang adalah sekolah swasta islam terbaik berakreditasi A.

Sekarang sekolah itu dimpin oleh yang lain.  Buya Abi menjadi Ketua Yayasan Wakaf Hikmah tadi. SMP Darul Hikmah punya keunggulan "pendidikan islam go global" . Bahasa unggulan di sini Arab, Inggris dan Mandarin. Dalam setiap tahun santri atau siswa magang di Tiongkok selama 1,5 bulan. Kecuali sekarang karena Pandemik Covid-19 itu ditangguhkan.

Perpaduan ulama dan praktisi ekonomi antara Buya Abi dan Buya Ali sangat sinkron. Apalagi komunikasi dan silaturrahim kreatif kedua orang itu dengan para usahawan sangat elok. Banyak tokoh di Padang Panjang yang bershaf dan berbaris  dalam amal usaha keumatan. Khusus untuk Masjid Raya Taqwa dan Kawasan Bisnis Muhammadiyah ini, semua komponen, pihak dan tokoh dapat dirangkul oleh kedua tokoh ini.

Para usahawan, wiraswastawan, pedagang, tokoh emas, tokoh masyaakat  dan  pemerintah, Wali Kota H.Fadly Amran ada di samping mereka. Penguasa nasional Founder dan Presiden Komisaris PT Paragon Technology & Innovation (PTI), pemilik  Kosmetik Wardah Dr. HC. Dra Hj Nurhayati Subakat  menjadi tiang utama.

Begitu pula H Arnis Saleh Dt Malano Nan Jabang Toko Emas Murni di Sumbar dan restoran, toko emas serta Money Changer di Jakarta menjadi menjadi pilar utama pula. Tokoh dan usahawan di Padang Panjang puluhan orang menyandang berbagai beban pembiayaan.

Belum lagi bantuan material dari tokoh yang tak mau disebutkan  nama jumlah nilai finansialnya, kecuali di dalam buku laporan panitia. Maka berdirilah Msjid Raya dan Kawasan Bisnis itu. Menurut laporan biaya pembangunan Kawasan ini sekitar 9 milyar. Menurut perkiraan Eska  lebih besar dari itu.

Semuanya ini  adalah berkat kharisma dan kepemimpinan Buya Abi bersama Sekretaris PDM yang berusia muda Indra Madi, S.Ag., M.Ag yang cekatan. Bersama dengan semua PDM, Majelis, PCM dan PRM serta Amal Usaha terutama yang berbabasis di Kauman, bersatu padu di bawah kepemipinan Buya Abi. Hampir semua hal-hal yang berhubungan dengan manajemen praktis dan administrasi PDM ditangani oleh Indra Madi. Tentu semua atas arahan, wibawa dan kharisma  Buya.  ***

Ditulis oleh Shofwan Karim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun