Mohon tunggu...
Shofi Asfika
Shofi Asfika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa- Universitas PGRI Semarang Prodi PGSD

Memiliki hobi untuk belajar hal baru terutama di bidang penulisan. Termasuk pemula dan masih harus berlatih. Semoga tulisan saya bisa bermanfaat..aamiin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Belano, Program Inovatif Merdeka Belajar Berbasis Literasi Digital di Era Society 5.0

5 November 2022   00:07 Diperbarui: 5 November 2022   01:05 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : APJII (2022)
Sumber : APJII (2022)

Sebagian besar responden Indonesia menyatakan alasan utama menggunakan internet adalah untuk mengakses media sosial. Dengan mengakses media sosial, seperti Youtube, Google, Whatsapp, Instagram, Tiktok, dan lain sebagainya akan mempermudah kita mengakses informasi yang tersebar luas hingga ke penjuru dunia atau biasa kita sebut dengan konten viral/populer. 

Namun, realitanya tidak semua konten populer memiliki aspek edukatif yang memberikan nilai tambah bagi individu namun lebih didominasi oleh aspek hiburan. Konten hiburan populer di media sosial termasuk konten prank (merugikan orang lain walaupun sekedar bercanda), informasi hoax atau berita bohong, video yang tidak senonoh, ujaran kebencian, dan masih banyak lagi.

Kembali ke data APJII (2022) bahwa saat ini ada kemungkinan 76% penduduk Indonesia terkena serangan cyber. Sekitar 800.000 situs web di Indonesia telah dituduh menyebarkan informasi palsu. Menurut Kominfo (2020) yang mengkonfirmasi hasil penelitian pada survei Daily Social 2018 dengan sampel 2.032 pengguna smartphone di Indonesia, 73% pengguna selalu membaca informasi melalui perangkatnya. 

Sedangkan 51%-nya memilih untuk tetap bungkam tentang konten yang mengindikasikan berita hoax/palsu dan hanya 53 orang yang mencoba memverifikasi kebenaran informasi yang diterima (pemeriksaan fakta). Hal ini menunjukkan bahwa literasi digital penduduk Indonesia masih rendah. Dampak langsungnya adalah merebaknya konten negatif, konten palsu, ujaran kebencian, bullying, body shaming dan penipuan merajalela.

Selain masalah literasi digital secara umum yang tergolong rendah, masih banyak lagi problematika yang berkaitan dengan literasi digital khususnya pada penggunaan media sosial di bidang pendidikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nofatin (2019) bahwa di SMP N 9 Pontianak terdapat permasalahan dalam pemanfaatan media sosial sebagai sarana pembelajaran IPS untuk menemukan materi yang relevan dengan pembelajaran tersebut. 

Siswa yang seharusnya mencari informasi, meringkas, dan berdiskusi kelompok antar siswa ataupun guru pada saat jarak jauh. Namun, disalahgunakan untuk mengakses konten lain dan tidak fokus pada diskusi dan melakukan hal lain, seperti bercanda gurau dan acuh tak acuh dalam diskusi kelompok sehingga mereka tidak konsentrasi dalam diskusi pembelajaran.

Peneliti juga menemukan bahwa siswa menggunakan media sosial hanya untuk menunjukkan eksistensi atau keberadaan mereka dan mengungkapkan hal-hal yang berbeda tentang diri mereka kepada banyak orang, terutama teman sebayanya atau hanya untuk mengikuti tren masa kini di lingkungannya. Jika berlebihan dalam mengakses media sosial maka akan berpengaruh buruk terhadap hasil belajar mereka.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada, pemerintah telah memberikan berbagai solusi dan upaya dalam mengatasi masalah tersebut, yaitu membuat kebijakan tentang penyalahgunaan media sosial salah satunya UU ITE, mencanangkan program Smart Village, mengadakan pelatihan media pembelajaran berbasis digital untuk guru, dan akhir-akhir ini pemerintah telah meluncurkan program Merdeka Belajar untuk menggali potensi siswa dan guru salah satunya melalui literasi digital. Namun, pada kenyataannya literasi digital, inovasi pembelajaran, antusias siswa belajar melalui teknologi terutama melalui media sosial masih belum berjalan optimal. 

Oleh sebab itu, diperlukannya program atau gerakan inovatif untuk mendukung Merdeka Belajar berbasis literasi digital dalam memanfaatkan media sosial yang tepat. Salah satu program inovatif Merdeka Belajar berbasis literasi digital adalah Belano (Belajar Asyik Zaman Now). Dengan mengadopsi Belano dalam satuan pendidikan harapannya dapat mendukung  dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang melek digital, beradab, dan berkarakter di era society 5.0.

ISI DAN PEMBAHASAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun