Mohon tunggu...
Shinta Harini
Shinta Harini Mohon Tunggu... Penulis - From outside looking in

Pengajar dan penulis materi pengajaran Bahasa Inggris di LIA. A published author under a pseudonym.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerber: Anugerah, Bukan Kutukan - Part 5

12 September 2021   00:35 Diperbarui: 12 September 2021   01:15 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anugerah, Bukan Kutukan (Sumber: Pixabay)

***

Senyum Putri masih terbayang di wajahnya bahkan sampai pintu ruang kerja sang boss tertutup. Ibu Regina adalah wanita terbaik yang pernah menjadi kepalanya. Wanita -- atau mungkin orang terbaik. Ia selalu memperlakukan bawahannya sebagai manusia, tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar atau bahkan menaikkan suaranya. Putri sudah bekerja selama dua tahun di kantor pusat Bank Nusantara ini sebagai sekretaris direktur setelah sebelumnya mulai sebagai staf data input. Karirnya mulai berkembang setelah ia mulai promosi sebagai sekretaris di beberapa cabang bank tersebut.

Ia tahu makan malam yang dibicarakan Ibu Regina barusan adalah hal yang sangat penting untuk keluarga Septadibrata. Tanggal 1 Maret adalah ulang tahun mendiang putra Ibu Regina yang hilang sepuluh tahun yang lalu. Belum ada yang menemukan jenazah Raphael dan setahu Putri keluarga itu belum juga menyerah berusaha menemukan anak laki-laki yang saat itu berusia sepuluh tahun. Mereka juga masih mempunyai keyakinan kuat bahwa Raphael belum meninggal dunia. Tetapi setelah sepuluh tahun dan kenyataan bahwa anak itu sekarang sudah berusia dua puluh tahun kalau ia masih hidup, siapa yang kiranya begitu sampai hati menahannya sampai sekian lama.

Keluarga itu tidak pernah merayakan hari ulang tahun anak-anak yang lain atau bahkan ulang tahun perkawinan Ibu Regina dan suaminya, Bapak Kusuma. Raphael yang terpenting untuk mereka.

Pesawat telepon di meja samping berdering dan Putri menghentikan pekerjaannya mengetik sebuah surat untuk mengangkatnya.

"Kantor Ibu Regina, selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"

"Putri?"

Putri memejamkan matanya.

"Ada apa, Rizal?"

Dari ujung telepon yang satu, Rizal terkekeh pelan.

"Ada apa, Putri? Tidakkah kau menyukai apa yang terjadi juga semalam?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun