Begini, saya dan istri sepakat, bahkan dari zaman pacaran, untuk saling share password handphone dan beberapa hal lainnya, untuk mengantisipasi beberapa hal, utamanya ketika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Apa pun itu.
Jadi, dengan mengetahui password satu sama lain, jika harus menelpon dalam keadaan emergency, bisa langsung menghubungi orang tertentu atau siapa pun yang kami kenal untuk diminta bantuan. Itu salah satunya.
Selain itu, kami berkomitmen dengan kesadaran penuh dan saling sepakat. Saling percaya dan saling menjaga. Kalau memang sewaktu-waktu ada konflik, ya, saling dewasa dan dikomunikasikan.Â
Bukan malah menghindar dan dipendam. Apalagi sampai "membajak" akun media sosial satu sama lain. Kekanak-kanakan banget, sih. Semuanya kembali lagi kepada kesepakatan bersama.
Lalu, gimana cara mengetahui seseorang ini bisa menjaga komitmen atau nggak ketika kita sudah mempercayakan sesuatu yang dianggap privasi?
Bagi saya dan pasangan, kembali lagi ke seberapa besar kita percaya dengan pasangan masing-masing.
Ya, buat apa juga sharing password kepada orang yang nggak kita percaya sama sekali? Kalau memang nggak percaya sepenuhnya, saran saya, nggak perlu share password. Jangan. Apalagi kalau feeling udah nggak enak atau nggak sreg. Nggak usah dikasih tau passwordnya apa.
Karena pada dasarnya, bagi saya, saling berbagi password itu bukan serta merta dimanfaatkan untuk kepoin satu sama lain. Buat apa?
Malah saya dan pasangan selalu berpikir begini: ketika memang nggak ada apa-apa, kenapa harus khawatir dan malah ingin menutup-nutupi? Jangan-jangan itu hanya insecure dengan mengatasnamakan menghargai privasi.
Akan tetapi, prinsipnya tetap pada komitmen awal, ketika terjadi sesuatu yang nggak diinginkan, bisa menghubungi orang terdekat dan bisa dipercaya.
Saya dan pasangan, sih, dari ketika berpacaran hingga akhirnya menikah, sudah saling mengetahui password satu sama lain. Ini memang sudah menjadi prinsip kami.
Bukan maksud ingin menghilangkan privasi, tapi, kami merasa lebih nyaman seperti ini. Karena pada dasarnya, hubungan itu dua arah, kan? Tergantung bagaimana pasangan merasa nyaman menjalani hubungannya masing-masing tanpa keterpaksaan.