Mohon tunggu...
Septi Endah
Septi Endah Mohon Tunggu... Lainnya - ibu dari 2 anak

penikmat musik, film, masakan, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahasa Cintaku

2 Desember 2022   18:55 Diperbarui: 2 Desember 2022   18:53 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sepagi ini aku sudah mengeluarkan sepeda ontelku untuk membeli nasi bungkus. Biasanya aku membeli jam 6 pagi tapi karena putriku ada kegiatan pagi, jam 5 aku sudah berangkat. 

Baru saja hendak menutup gerbang, kudengar suara suamiku memanggilku. "yang mau kemana lagi ?" aku membatin kok lagi, padahal aku baru saja mau keluar. "beli nasi bungkus buat sarapan yang" aku menjawab dengan cepat sambil mulai mengayuh sepeda ontelku.

Lumayan batinku, bersepeda dipagi hari menikmati udara segar.  Tak berapa lama sampai jugalah aku akhirnya di warung pecel langgananku, belum ada pembeli satupun, tentu saja akulah  pembeli pertama. 

"Bu, nasi pecel 4 ya, pakai lauk telur pindang dan tempe saja, kataku pada bu Sum si pemilik warung. 

" Ya bu, saya siapkan ya" katanya.

Setelah 5 menit, 4 bungkus nasi pecel sudah tersedia, dan aku membayar 40 ribu rupiah.

Sampai rumah segera kusiapkan bungkusan nasi pecel di piring untuk suamiku dan anak-anakku. Nasi pecel buatan bu Sum ini memang enak, telur pindangnya keras dan nyoklat banget rasanya gurih dan  tidak terlau manis,  sedang tempe gorengya memakai tempe malang rasa kedelainya nikmat sekali, dan tak lupa peyeknya yang garing serta tidak keras. 

 Kuantar sebungkus nasi pecel untuk suamiku yang sedang memandikan burung-burung peliharannya.

"yah nasi pecelnya kuletakkan dimeja ya" ujarku 

"beli lagi yang, bosan kapan masaknya"  jawabnya dengan sedikit kesal.

Ya memang sudah 3 hari aku tidak masak dan hampir setiap pagi membeli nasi pecel, wajarlah kalau suamiku bosan. Lagian suami dan anak-anakku memang lebih suka masakanku, lebih enak dan lebih leluasa untuk tambah lauk katanya.

"maap yang aku kan harus berangkat pagi dan pulang malam karena mengurus seminar di kantor, lagian cuma 5 hari kok, kurang 2 hari lagi ya " jawabku.

"aku tidak sempat belanja dan di kulkas tidak ada lauk" sahutku lagi.

Suamiku diam saja tidak berkata lagi, tapi aku tahu dia sedikit kesal, karena dia memang penggemar berat masakanku. Katanya aku pandai mengolah masakan dan masakanku hampir sama dengan masakan ibunya, jelas saja aku kan juga berguru ke ibu mertuaku, karena ibu mertuaku memang sering diminta tolong memasak oleh tetangganya apabila ada hajatan. Kata beberapa tetangga masakan ibu mertuaku memang enak dan beliau pandai memadukan macam makanan untuk hidangan tamu-tamu undangan apabila ada hajatan.

Sambil berlalu ke dapur aku berfikir gimana ya bisa belanja, ah....aku ingat kenapa aku tidak meminta tolong saja pada tetangga sebelahku, namanya bu nana, beliau dan suaminya sudah purna tugas. Mereka berdua saja di rumahnya karena anak-anaknya sudah bekerja semua dan tinggal di luar kota. Bu nana dan suaminya hampir tiap pagi berjalan kaki ke pasar, menikmati udara pagi  dan menikmati kebersamaan mereka berdua.

 Akupun bergegas ke rumah beliau, "Assalamulaikum bu Nana" salamku. Tak lama kemudian pintupun terbuka. Bu Nana yang masih terlihat cantik  di usia senjanya menyambutku dengan ramah. "ada apa jeng lala kok tumben pagi-pagi ke rumah ibu". aku segera menyampaikan maksudku untuk menitip belanjaan. Hanya sekilo daging sapi sandung lamur , kecambah pendek, keluwek dan daun bawang dua ikat kecil.  Ya aku akan memasak rawoian kesukaan suami dan anak-anakku. Di kulkas masih ada telur asin dan di lemari masih ada sebungkus kerupuk udang sidoarjo. Nanti malam pulang dari kantor aku akan memasaknya dan pagi-pagi siap disantap untuk sarapan.

Seharian berkutat di kantor mengurusi seminar membuatku lelah, tapi aku ingat aku harus memasak rawon, semangatku bangkit dan ingin cepat sampai rumah. Untung ada tumpangan sampai rumah, kebetulan temanku membawa motor tidak seperti biasanya, katanya tadi pagi harus mengantar anaknya ke sekolah dulu. Alhasil aku lebih cepat 30 menit sampai rumah daripada pulang naik bus seperti biasanya.

Setiba di rumah, aku langsung mengambil titipan belanjaku di rumah bu Nana, setelahnya bergegas shalat isya dan langsung berkutat di dapur, merebus daging sampai empuk, memotongnya, membuat bumbu rawon, menggosong bumbu, dan menggorek kerupuk udang serta bawang merah . Hampir satu  jam aku berkutat di dapur akhirnya selesai sudah.  Mantap.....rasanya rawon buatanku. Gurih, segar karena tidak terlalu kental bumbu keluweknya, dan tidak lupa kutambahkan sedikit asam jawa. Besok pagi siap disantap oleh suami dan anak-anakku.

Paginya, suamiku bertanya "yang kok tadi malam bau rawon, masak rawon ya" Memang tadi malam ada tamu dan suamiku tidak sempat ke dapur saat aku memasak. " ya yang sesuai pesanan, aku sempatkan masak dan menitip belanjaan ke bu Nana" jawabku.

Segera aku siapkan hidangan sarapan pagi, tak lupa kubuat sambal terasi mentah kesukaan suamiku. Selesai mempersiapkan semuanya , kupanggil semua untuk sarapan, rawon dengan daging sapi bagian sandung lamur yang empuk dan sedikit berlemak, telur asin yang masir bagian kuningnya, kecambah pendek segar, kerupuk sidoarjo yang rasa udangnya sangat kental, dan  tak lupa sambal terasi mentah serta tabungan bawang goreng membuat hidangan rawonku pagi ini sungguh nikmat dan segar.  Aku lihat suami dan anak-anakku makan dengan lahap. "Enak bu, nanti siang makan ini lagi ya bu" kata anak-anakku. Tak lupa suamikupun memuji dengan berkata masakan ibu lebih enak daripada masakan warung manapun. Aku bahagiaaaaa sekali. 

Maapkan ibu ya nak yang tidak sempat memasak dalam 3 hari ini, tapi ibu janji akan mengusahakan tiap hari masak untuk kalian, batinku. Ya bagaimanapun masakan rumahan buatan ibu lebih sehat dan  lebih enak. kenapa karena dimasak dengan cinta, dan salah satu bahasa cintaku adalah masakanku buat suami dan anak-anakku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun