Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Siapa Kau Rana?

31 Mei 2020   13:26 Diperbarui: 31 Mei 2020   13:30 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu juga gak suka udang?" tanya Nara padaku dengan mata yang mendelik.

"Aku tidak begitu suka udang, sudah lama berpisah dengan udang lebih tepatnya,"ucapku sekenanya. Dulu aku suka berbagai macam seafood hanya Nara yang alergi udang, aku sengaja tidak memesan udang Karena ingin tahu apakah ia betul Naraku yang alergi udang? Atau hanya gadis dengan nama yang sama. Entahlah begitu banyak misteriku singgah kini.

"Pas banget, aku dan Rana memang tidak suka udang juga," ucap Nara sambil menyerahkan menu kepada seorang pelayan .

"Benarkah? Wah kebetulan sekali, kamu alergi atau gimana?" tanyaku penasaran.

"Kami berdua alergi udang," ucap Rana mengagetkanku, dalam hati aku meracau karena pencarianku tidak tepat kali ini. Nara menganggukkan kepala persis Naraku jika membenarkan ucapan ibu atau ayah. Sebenarnya jauh di dalam diriku masih belum yakin kalau dia adalah Naraku. Terlalu banyak yang berubah dengannya, memang  waktu lima belas tahun bukanlah waktu yang sebentar. Entah apa yang terjadi padanya aku belum bisa membuka rahasiaku sekarang. Belum sampai ada bukti yang kuat kalau ia adalah Naraku. Aku menaruh perhatian yang ekstra padanya berharap dia adalah gadis kecil berkuncir kudaku.

Nara dan Rana memesan makanan dan aku dengan polosnya menyerahkan pilihan makan siang kami pada mereka. Untungnya Rana tahu seleraku ia memesan sup untukku. Semangkuk besar sup dengan kuah yang masih mengepul terhidang di atas meja. Tak lupa mangkuk-mangkuk kecil. 

Khas orang Jepang selalu makan dengan mangkuk dan sumpit dan hidangan yang kita pesanpun menjadi milik bersama. Hidangan yang dipesan Rana ini melibatkan kuah sup yang kental dengan shinku-soba (sejenis mi yang digunakan di ramen) dan kaldu yang terbuat dari daging dan seafood tanpa udang tentunya.

Selama ritual makan itu aku memperhatikan Nara, caranya makan, bagaimana ia mengelap tisu ke bibirnya yang basah. Aku hapal kebiasaan Naraku jadi aku ingin lebih memastikan semuanya. Aku luput memperhatikan Rana yang sesekali menyeka keringat yang membasahi dahinya. Kemudian membalik tisu bagian luar ia tekuk ke dalam.

"Ih... jorok kebiasaan dari kecilmu gak berubah yah Ran," kudengar Nara bergidik melihat Rana. Aku sendiri tak memperhatikan kelakuan Rana jadi hanya bisa tersenyum. Yang aku perhatikan justru Nara yang berulang kali minum teh ocha yang menurutku cukup pekat. Naraku tak suka ocha yang pekat atau terlalu banyak teh yang dituangkan.

"Bau, abang kalau ochanya terlalu pekat, aku ga suka," bibir Nara yang basah dan ceriwis menolak ocha yang aku berikan. Ia memintaku menambahkan air panas agar ocha yang diminumnya tak begitu pekat.

Ayo... Lyan apa yang kau pikirkan jelas sekali dia bukan Naramu. Jangan menghabiskan waktu dengan memikirkan orang lain. Lihat Rana kau datang ke sini dengan dia. Aku tertegun dan menatap Rana yang sedang sibuk dengan kepiting dan pemukul. Aku bantu dia memukul kepiting dan menyerahkan daging putihnya. Rana tersenyum dan menyuruh aku memukul lagi. Nara yang melihatnya tertawa senang. Kedua gadis Jepang yang berhasil mempengaruhi hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun