Hari ini, Jumat 2 April 2021, dalam kalender tertulis hari libur wafat Isa Al-Masih. Hari yang sangat penting bagi umat Kristiani. Semoga umat Kristiani bisa merayakan rangkaian hari yang bersejarah ini dengan penuh kedamaian dan hikmah.
Mendengar kata wafatnya Isa Al-Masih atau Yesus Kristus, mengingatkan saya akan sebuah perjalanan dua tahun yang lalu, tepatnya Desember 2019. Saat itu saya bersama suami sedang melakukan perjalanan ke Kota Tua Yerusalem.Â
Selain melakukan ibadah di Masjidil Aqsa, kami bersama rombongan juga menjelajah Kota Tua Yerusalem. Kami menyusuri jalanan batu dan lorong demi lorong kota yang sarat dengan sejarah peradaban umat manusia.Â
Saat itu kami masuk melalui pintu gerbang Damaskus. Pintu gerbang Damaskus merupakan monumen sekaligus salah satu dari delapan pintu gerbang Kota Tua Yerusalem. Melangkahkan kaki memasuki Damaskus Gate, serasa terseret ke pusaran masa lalu, selaksa menatap wajah Yerusalem di abad pertengahan.
Jalan ini dipercaya sebagai jalan yang dilalui Isa Al-Masih saat disalib oleh penguasa saat itu. Via Dolorosa berarti jalan kesengsaraan atau jalan penderitaan. Begitu mereka menyebut rute jalan salib yang harus dijalani Isa Al-Masih menuju ke Bukit Golgota.
Menurut sejarah, ketika Kalifah Umar bin Khathab RA menguasai Yerusalem pada tahun 638 M, Patriakh Yerusalem Sophronius mengajaknya tour keliling Yerusalem termasuk ke Gereja Makam Kudus.Â
Saat itu masuk waktu salat dan Sophronius mempersilakan Umar salat di dalam gereja itu. Namun Umar menolak karena khawatir di kemudian hari gereja itu dijadikan masjid oleh umat Islam karena Umar pernah salat di sana. Untuk mengenang peristiwa itu, di dekat Gereja Makam Kudus dibangun Masjid Umar.
Tour guide kami menjelaskan, semua itu bertujuan demi menjaga persatuan berbagai kelompok umat Kristiani yang beribadah di gereja tersebut.
Keluarga Muslim yang menjaga gereja ini penting, fungsinya bukan sebagai penguasa, namun menjadi penjaga yang adil bagi beberapa kelompok umat Kristiani yang sama-sama melakukan ibadah di Gereja Makan Kudus. Tiga terbesar adalah Katolik Roma, Yunani dan Armenia, yang masing-masing meletakkan patung-patung sucinya di dalam gereja tersebut.
Hingga kini semua kelompok umat Kristiani bisa menjalankan ritual ibadah di Gereja Makam Kudus dengan damai. Salah satu faktornya adalah sang pemegang kunci, memungkinkan kedamaian itu terus lestari, menjadi bukti toleransi yang tinggi di Kota Tua Yerusalem.
Demikian kisah perjalanan kami saat mengunjungi Via Dolorosa dan Gereja Makam Kudus di Kota Tua Yerusalem. Sebuah tempat bersejarah yang mempunyai kaitan erat dengan peristiwa penting bagi umat Kristiani pada hari ini. Semoga peringatan di tahun ini bisa berjalan lancar, sarat hikmah dan kedamaian.
Mohon maaf bila ada tulisan yang salah. Semoga kita semua bisa hidup berdampingan secara damai, saling toleransi, menghargai dan menyayangi. Aamiiin.
Oya, berikut ini adalah video yang berisi pengalaman saya saat menjelajah Kota Tua Yerusalem
Terima kasih
Seliara