Mohon tunggu...
Kak Ian
Kak Ian Mohon Tunggu... -

Paling benci dengan pembully dan juga benci dengan orang-orang yang dengki sama orang yang sukses. Karena mereka adalah penjahat yang nyata!

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Tabib Muda dan Burung Bul-bul

26 September 2017   08:19 Diperbarui: 26 September 2017   09:06 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu seperti biasa Rikat selalu ada di balik jendela rumahnya. Tiap mentari pagi menyapanya ia selalu membuka jendela. Usai itu ia mengambil remah-remah makanan untuk Burung Bul-bul yang selalu menghampirinya untuk memberi kabar untuknya.

Burung Bul-bul adalah sahabat Rikat sejak kecil. Ia tahu makanan kesukaan burung itu dan apa tugasnya setiap pagi. Maka itu jika pagi tiba Rikat sudah ada di balik jendela.

 "Selamat pagi, Rikat?" sapa Burung Bul-bul.

"Pagi juga, Burung Bul-bul," jawab Rikat.  "Apakah ada kabar untukku pagi ini,"

"Sepertinya tidak ada!"

"Kamu yakin?!"

"Iya, benar! Lagi pula buat apa aku berbohong. Bagaimana kalau kamu saja sendiri mencari rakyat Negeri Anatolia yang sakit ," lanjut Burung Bul-bul memberikan usulan.

Rikat yang mendengar ucapan kembali dari Burung Bul-bul tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Ia langsung melihat keadaan dirinya yang tidak sempurna.

Ya, Rikat adalah seorang seorang Tabib Muda. Ia menjadi tabib karena banyak belajar tentang obat-obatan dari Ayahnya yang juga seorang tabib Kerajaan Negeri Anatolia. Walau kedua tangannya tidak ada sejak kecil. Tapi itu tidak menjadi halangan baginya untuk berbuat kebaikan. Ia masih memiliki mulut dan kedua kaki untuk digunakan menumbuk berbagai rempah-rempah, dedaunan, akar-akaran serta alang-alang hingga menjadi obat.

Namun sayang Ayahnya difitnah telah memberikan racun di dalam obat Pangeran Krem, anak Paduka Raja Marun yang sedang sakit. Akhirnya ayahnya pun dihukum mati.

Rikat yang masih mengingat kejadian itu ia berjanji akan terus melanjuti perjuangan Ayahnya menjadi seorang tabib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun