Namun anehnya, entah kenapa saya pribadi tidak merasa bosan. Kebingungan yang pangkalnya saya rasakan di awal babak secara perlahan berubah jadi rasa penasaran dan keinginan saya untuk terus menyaksikan cerita hingga akhir pun justru tumbuh semakin besar.
Lin Chun Yang seakan mampu mengatasi semua dilema yang akan dihadapi penonton. Meski terasa riweh, tapi semua adegan rasanya dimasak dengan racikan bumbu yang sempurna.
Setiap adegan dan dialog dipilih dengan cermat dan hati-hati. Agar tidak membingungkan penonton, kita selalu diberi guide waktu di awal episode.
Akting setiap pemainnya juga meyakinkan. Saya pribadi dapat bersimpati dengan semua karakter yang hidupnya miris seperti dokter Ma plus juga ikutan emosi dengan para tokoh yang egois, contohnya ibunya si Gao Zheng Guang.
Ditambah dengan visualisasi adegan yang terasa indah dan enak dipandang, saya yang “sebenarnya” tipe penonton yang gampang bosan justru merasa hanyut dan berempati.
Memiliki Moral Value yang Mendalam dan Menohok
TWBU 2 adalah drama yang lagi-lagi, membuat saya merenung dan memikirkan kembali secara mendalam tentang betapa rapuhnya kita sebagai manusia yang hidup bermasyarakat di dunia yang serba tidak pasti.
Bagi seseorang yang mungkin sedang berbahagia, dunia jelas adalah surga kecil yang sangat layak untuk ditinggali. Namun sebaliknya, dunia bisa jadi neraka bagi siapapun yang hidupnya nestapa.
Drama ini secara mendalam mencoba membahas kerentanan tersebut. Kita diajak untuk melihat semua sudut pandang berbeda.
Mulai dari korban dan pelaku yang terlibat, para petugas kesehatan, konsultan hukum, sampai para legislator yang duduk di pemerintahan.
Lantas kita pun dibuat sadar bahwa apapun keputusan dan pilihan yang kita ambil—seperti para tokoh—mungkin akan menjadi “sebab” bagi orang lain saat mereka melakukan sesuatu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!