Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai tulis-menulis

Alumni Ilmu Sejarah FIB UI. Mencintai Literasi dan Musik. Menggemari Film dan Anime. Menulis untuk Bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review Komik "Blue Lock", Haram Dilewatkan oleh Pecinta Sepak Bola!

14 Agustus 2021   19:24 Diperbarui: 14 Agustus 2021   23:32 9296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blue Lock, source: chapteria.com

Jika Anda adalah seorang pembaca atau pecinta komik bertemakan olahraga (sport), Anda pasti terbiasa dengan nuansa kisah yang ceria, bumbu-bumbu friendship goals yang hangat, perjuangan para atlet yang apik, serta sudut pandang moral yang positif dan memotivasi.

Contohnya Haikyuu, Kuroko No Basuke, atau komik sport ter-legend di Indonesia, Captain Tsubasa.

Nah, bagaimana jika sebaliknya? Pernahkah Anda membaca komik sport yang alih-alih mengajarkan arti setia kawan dalam tim, justru menyuruh para tokohnya untuk bersikap lebih egois dan serakah agar memenangkan pertandingan?

Inilah Blue Lock. Salah satu komik sport paling intens, realistis, sekaligus menyenangkan yang pernah saya baca. Berikut adalah ulasan jujur dari saya dengan sedikit spoiler sekitar 10%.

Blue Lock merupakan komik bertema sepak bola yang diciptakan oleh Muneyuki Kaneshiro serta diilustrasikan oleh Yuusuke Nomura, mantan asisten mangaka populer Attack On the Titan, Hajime Isayama.


Komik ini diserialisasikan melalui majalah mingguan Shounen sejak Agustus 2018 dan masih berlangsung hingga sekarang. Berkat alur ceritanya yang berani dan unik, komik ini pun telah terjual lebih dari 4,5 juta kopi volume ke seluruh dunia. Hal ini pun membuat series Blue Lock keluar sebagai pemenang komik terbaik kategori Shounen pada Kodansha Manga Award ke-45 pada bulan Mei 2021.

Selain itu, series ini juga mendapatkan skor 8.44 poin dari MyAnimeList.net.

Sinopsis
Cerita ini dimulai ketika para pejabat Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) tengah berkumpul dan merenungkan seputar performa sepak bola Jepang yang dinilai semakin buruk dari waktu ke waktu. Setelah melalui perdebatan yang alot, asosiasi pun menunjuk Jinpachi Ego, seorang pelatih eksentrik nan misterius, untuk mencari cara supaya Jepang dapat memenangkan Piala Dunia.

Jinpachi berpendapat bahwa kekurangan terbesar yang dimiliki oleh sepak bola Jepang adalah tidak adanya striker buas yang serakah dan egois untuk menciptakan gol. Oleh karena itu, ia pun membangun penjara fasilitas bernama Blue Lock dan mengundang 300 striker muda dari seluruh sekolah di Jepang untuk dilatih dan diadu di dalamnya dengan sebuah aturan gila, yaitu:

Hanya satu orang yang dapat terpilih sebagai striker timnas Jepang. Sementara 299 lainnya akan dilarang untuk mengikuti seleksi timnas, selamanya.

Di sisi lain, Yoichi Isagi, striker muda sekaligus tokoh utama kita, memutuskan untuk mengambil risiko itu setelah gagal membawa tim sekolahnya menuju tingkat nasional dalam pertandingan tingkat prefektur wilayah.

Kekalahan itu pun disebabkan oleh Isagi sendiri, ketika ia lebih memilih mengoper bola pada rekannya untuk mencetak gol daripada melakukannya sendiri. Isagi pun berandai-andai apakah hasil pertandingan tersebut akan berbeda jika ia lebih egois sebagai striker. Isagi menyesali tindakannya sendiri dan bertekad untuk berubah.

Oleh karena itu, Isagi pun memutuskan untuk mengikuti pelatihan Blue Lock. Dengan tujuan untuk menjadi striker terbaik bukan hanya di Jepang, tetapi di dunia.

Kesan pertama saya
Blue Lock debut dengan premis yang menurut saya biasa untuk komik-komik bertema olahraga, yaitu tentang seorang tokoh yang awalnya mengalami kekalahan, lalu memasuki sebuah sekolah/institusi/grup dan sebagainya, untuk kemudian berlatih gila-gilaan bersama orang lain yang memiliki kemampuan lebih hebat darinya. 

Lantas pada akhirnya, tokoh utama akan tampil sebagai hero atau pemain terbaik yang dicintai oleh pembaca. Kira-kira seperti itu.

Akan tetapi, kualitas visual gambar dari komik ini menurut saya patut diapresiasi. Memang, pada awalnya visual gambarnya sama sekali tidak mengesankan. Panel dan balon-balon dialognya pun terlalu sempit dan berantakan. 

Namun seiring berjalannya waktu, visual gambarnya akan semakin membaik, rapi dan detail, serta yang paling penting semakin badass

Nomura sensei selaku ilustrator tampak mencoba menebus kesalahannya sendiri. Bahkan spasial efeknya yang mengesankan membuat saya jadi berpikir kalau visual gambar komik ini mirip dengan komik bertema aksi fantasi. 

Salah satu gambaran visual dari Blue Lock chapter 132, tangkapan layar dari: bluelockmanga.com  
Salah satu gambaran visual dari Blue Lock chapter 132, tangkapan layar dari: bluelockmanga.com  

Kombinasi tema sport dengan genre psychological dieksekusi sempurna
“Wah, sumpah. Ini gila!”

Itu adalah komentar pertama yang saya ucapkan ketika membaca chapter tiga. Bahkan baru di beberapa chapter awal saya dibuat terkesima dengan ritme Battle Royal yang disajikan.

Konsep dari penjara fasilitas Blue Lock itu sendiri sebenarnya sudah mengesankan. Konsep itu membuat Anda seolah-olah berpikir bahwa mereka adalah tahanan dalam penjara alih-alih karantina seperti yang dijalankan para atlet pada umumnya.

Mengingatkan saya dengan film Hunger Games (2012) serta Maze Runner (2014) karena memiliki hawa yang mirip. Bedanya, ini komik sepak bola.

Kekuatan terbesar dari komik Blue lock tentu saja jalan ceritanya. Ketika komik-komik sport lain hidup dengan “ikatan kasih sayang” yang menyenangkan dalam berkompetisi, menjalin silaturrahmi yang baik dengan kawan maupun lawan secara dramatis, Blue Lock hidup dengan memakai pendekatan yang lebih intens dan realistis.

Para karakter di Blue Lock diharuskan bukan hanya menjalani pelatihan yang sulit, tetapi juga diwajibkan untuk saling menghancurkan dan menjadikan kawan maupun lawan sebagai batu loncatan untuk mencapai rangking yang lebih baik. Ibarat kata, Anda harus memakan atau dimakan demi bertahan hidup.

Contohnya, ketika tokoh A sengaja mengkhianati timnya sendiri dengan membantu tim lawan demi keuntungan pribadi, atau ketika Isagi lebih memilih Chigiri daripada Kunigami di babak steal dengan tujuan untuk mendapatkan lagi Bachira yang telah lebih dulu diambil tim lain. Padahal mereka pernah satu tim.

Pendekatan yang realistis seperti ini menurut saya sangat menyegarkan karena menampilkan sifat alami manusia. Selain wajib bersikap sportif dalam sebuah pertandingan, normalnya setiap orang pasti memiliki impian pribadi yang membuat mereka terkadang bertindak gegabah, egois, dan serakah.

Ini bukanlah tipe komik di mana Anda hanya sekedar bersantai dan menikmati alur cerita yang menyenangkan, tetapi Anda akan diajak berpikir. Di beberapa titik Anda bahkan mungkin merasa gelisah dan merinding, tetapi hal tersebut hanya akan membuat Anda semakin penasaran dengan kelanjutannya di setiap chapter.

So, you should give this comic a try.

Perkembangan karakter yang dibangun perlahan tapi pasti
Oleh karena konsep yang dibangun sejak awal adalah "egoisme," saya cukup terkesan dengan bagaimana Kaneshiro sensei mengeksekusi perkembangan karakter. Ia melakukannya secara perlahan namun tertata, tenang, dan pasti.

Kaneshiro sensei mengatur agar semua tokoh memiliki waktu untuk bersinar dan mendapatkan spotlight. Isagi adalah pemeran utama kita tetapi Isagi tidak selalu menjadi center atau pusat perhatian di setiap chapter.

Situasi ini membuat semua karakter berguna dan memiliki andil di setiap bagian. Meskipun terkadang saya merasa lucu karena ada beberapa keunikan dan kemampuan karakter yang rasanya terlalu mengada-ngada untuk dimiliki seorang anak SMA, tetapi saya masih dapat menikmatinya. 

Bisa dikatakan, Kaneshiro sensei berbaik hati memberitahu kita bahwa setiap karakter memiliki alasan bahwa mereka spesial. Dan walaupun lambat, saya masih ingin memujinya karena penokohan setiap karakter memang sangat baik. Ibaratnya, sebagai bumbu-bumbu pemanis cerita, oke lah.

Selain itu, karena sejak awal pembaca sudah diberitahu bahwa Blue Lock sama sekali tidak mengagungkan friendship goals, setidaknya saya sendiri tidak terlalu merasa terikat pada sebuah tim.

Meskipun saya tidak menampik bahwa Kaneshiro sensei mampu membangun ikatan emosional antar karakter saat mereka berada di tim yang sama, pada akhirnya kita sebagai pembaca hanya dibuat untuk peduli pada para tokoh Blue Lock sebagai pribadi mereka sendiri. Bukan pada tim mereka.

Maksud saya, mungkin bisa dianalogikan dengan komik Haikyuu. Ketika tim Karasuno mesti berpisah setelah tamat SMA, kita mungkin merasa kecewa dan sedih karena sudah terikat dan mencintai tim Karasuno. 

Akan tetapi Blue Lock melawan situasi itu. Kita dipaksa berpikir bahwa kita tidak boleh bersimpati pada mereka sebagai sebuah tim. Lagipula, bukankah adanya perubahan anggota dalam sebuah grup itu biasa?

Screenshot Blue Lock chapter 62, source: mangaowl.net
Screenshot Blue Lock chapter 62, source: mangaowl.net

Meskipun begitu, konsep Badass Striker ini bisa jadi bumerang
Sejujurnya, saya bukanlah penggemar sepak bola sehingga meskipun ada beberapa bagian dari sepak bola yang tidak saya mengerti, saya hanya tinggal skip dan tetap menikmati kisahnya. Akan tetapi mungkin tidak bagi sebagian pembaca. Terlebih jika Anda bukan sekedar penggemar, tetapi maniak sepak bola.

Karena komik ini hanya fokus mengembangkan striker, posisi-posisi lain yang sejatinya ada dalam suatu tim tidak terlalu dibahas. Bahkan cenderung dilupakan. Kondisi ini mungkin akan membuat Anda tidak nyaman karena seolah-olah, posisi paling sempurna dalam tim bola adalah striker sehingga para penggemar posisi lain seperti pemain tengah atau kiper mungkin akan marah.  

Konsep egoisme yang ditawarkan pun mungkin akan membuat beberapa orang kesal. Sebab, salah satu inti terpenting dari sepak bola adalah kerja sama tim. Apabila ada anggota yang bermain egois, tentu hal tersebut dapat mempengaruhi ritme pertandingan sehingga membuat tim tidak solid.  

Saya pribadi juga kadang merasa agak lelah saat melihat Jinpachi yang terlalu menekan para striker untuk lebih serakah. Mungkin sesuai dengan namanya, Jinpachi “Ego” sehingga tugasnya sebagai karakter adalah memaksa Isagi dan kawan-kawan bertindak egois.

Kesimpulan
Overall, komik ini sangat menyegarkan untuk dibaca. Mungkin selama 10-20 chapter pertama Anda akan merasa lelah namun seiring berjalannya waktu Anda mungkin jadi sangat terikat dengan alurnya yang semakin lama semakin intens sehingga Anda akan terus menantikan updatenya.

Saya sendiri memberi skor 8,7 /10 karena saya menyukai konsepnya yang berani mendobrak kebiasaan dan elemen-elemen lama di semesta komik sport. Kualitas visual yang memanjakan mata pun sepatutnya dipuji. 

Komik ini juga menyentil sedikit politik dan monetisasi dalam dunia sepak bola. Secara pribadi, hal kecil seperti itu membuat saya terkesan.  

Selain itu, Blue Lock sendiri juga akan diangkat menjadi serial anime pada tahun 2022. Hal ini diumumkan secara langsung oleh Bandai Namco Art selaku rumah produksi yang bertanggung jawab untuk merealisasikannya.

Anda pun juga dapat menyaksikan teaser pertama Blue Lock di akun youtube resmi Bandai. Dan hanya dengan melihat kualitas grafis pada teaser tersebut, anime Blue Lock sudah selayaknya untuk dinantikan!

Sekian review dari saya, semoga bermanfaat.

 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun