Mohon tunggu...
Mega Trianasari
Mega Trianasari Mohon Tunggu... lainnya -

Suka menulis dan berkhayal

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Air Mata di Dasar Gelas Kertas

14 Juli 2015   08:24 Diperbarui: 30 Juli 2017   09:22 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mak aku belum dapat menjadi anak yang sholeh

Membantu nyawamu terbang ke surga yang dijanjikan

Melegakan jalanmu menuju Rab penguasa alam

Memapah pikulan kesalahan mu dengan tanganku yang jarang membuka Kitabullah

Mak aku menumpahkan bulir bulir airmata  karena kemasgyulan di manapun

Bagai air hujan yang tumpah ke dasar gelas kertas, tak tertampung… tak tertampung…tak tertampung


Di pasar

Di stasiun kreta api

Di depan orang orang bertengkar

Di belakang pohon yang meranggas

Di depan bini ku yang pipinya lebam

 

Namun tak pernah di atas sejadah

Menyesali segala salah

 

Mak, Emak pernah bilang bahwa anak sholeh harus kuat, hanya menumpahkan air mata di depan Dia yang tak terlihat namun Maha Kuasa, Maha Melihat dan Maha Mendengar.

Mak, kata si Bujang, emak bisa melihat aku dari layar besar di alam halus. Memberikan sayang dari jauh.

Jika Si Bujang sungguhan sudah waras dan itu berdasarkan pengalaman, aku harap Emak mendoakan aku yang masih ada di alam kasar untuk selalu tangguh, tak menangis karena rapuh.

Mak, aku ingin menjadi anak yang sholeh, meski aku sekarang menjadi ayah yang sedang mendengarkan si sulung melantunkan ayat ayat tentang belenggu si kafir yang kufur nikmat.

Dalam belitan kabel kabel medis, aku ingin Emak yang sedang menatap layar lebar di alam halus, mendoakan aku kembali bugar. Menebus segala kesalahan.

Merekatkan hati-hati yang patah

Meminta maaf pada orang orang yang aku sakiti

Mengembalikan segala yang kurusak

Mengembalikan si Bujang menjadi waras

Menyelamatkan kampung dari orang orang sepertiku

 

Emak, jika doamu tak diiyakan oleh Sang Maha Pengampun, maka maafkan anakmu yang dahulu kau susui, yang dahulu kau antarkan ke surau untuk belajar menata masa depan yang kekal, dan yang kau tangisi saat aku ada di balik jeruji besi karena membunuh orang yang kau kasihi,

Emak, jika nanti aku masuk neraka jahim, dan emak ada di surga. Maukah emak memanggilku anak lagi?

 [caption caption="dying hold hand"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun