Cerita ini saya tulis di jam 1 tengah malam.
Waktu di mana sebagian orang sudah tidur nyenyak, sebagian mungkin lagi sibuk overthinking soal masa depan, sedangkan saya? Saya lagi berpikir keras mengenai satu hal yang sudah lama mengganjal di hati dan pikiran:
"Kalau saya ngoding tapi sering minta bantuan ke AI, itu artinya saya beneran belajar, atau cuma jadi tukang copy-paste doang?"
Pikiran seperti ini datangnya sering tak kenal waktu. Kadang pas debugging, kadang pas nunggu air mendidih waktu lagi masak mie instan. Tapi malam ini, kayaknya momen yang tepat buat nulis --- karena setelah bolak-balik mendebat diri sendiri, saya akhirnya menemukan jawaban yang (menurut saya) cukup masuk akal.
Dan ternyata, bukan hanya saya yang berpikir begini. Di forum, Discord, bahkan kolom komentar TikTok coding, sering sekali muncul suara-suara nyinyir:
"Programmer zaman sekarang mah tinggal copas dari ChatGPT."
"Kalau AI yang bikin, yang ngoding sebenernya siapa?"
"Pake AI malah makin pusing, anjir."
Dan jujur? Rasanya saya paham kedua sisinya.
Kenapa Saya Memutuskan Pakai AI?
Kalau kata Kak Gem: Singkat saja,
Karena cuma AI yang mau jawab pertanyaan saya jam 3 pagi. Paham
Tapi serius. Saya sampai menyempatkan diri untuk riset kecil-kecilan --- baca opini orang lain, nonton video, dan tentu saja ngobrol dengan AI itu sendiri (yaps, saya tanya AI tentang AI, meta sekali bukan? Hahahaha ).