Kemudian datang pelayannya memberikan buku menu dan mencatatkan pesanan kami.
Saat itu tamunya hanya kami bertiga saja. Suasana sepi begitu terasa. Â
Tv diruang keluarga menyala mengumandangkan lagu-lagu era tahun 70an. Â Seorang perempuan di usia akhir 40an duduk tenang menonton sambil tersenyum pada kami.
Setelah memesan, perempuan yang duduk diruang tengah pergi ke belakang utk memasak. Tak dinyana ternyata ia adalah pemilik restoran ini. Â Oh ya menu di resto kecil ini sangat banyak loh. Masakan Cina halal. Ada menu yang sudah jarang ada di menu resto cina modern. Kami memesan sup, bihun, capcay dan puyunghai.
Tidak lama kemudian masakan kami mulai berdatangan. Makanannya enak semua  dan yang menjadi favoritku adalah puyunghai. Dari semua resto yang pernah kudatangi menurutku inilah puyunghai terenak yang pernah kumakan (tidak sempat difoto karena langsung di makan dengan cepat).
Sambil makan malam, kami berbincang dengan sang pemilik sekaligus chef dari resto ini, ia adalah perempuan di depan televisi tadi. Â Setelah selesai memasak, ia kembali duduk di ruang tengah. Sambil duduk santai di ruang TV dan ia sangat ramah sehingga membuat kami juga merasa relaks. Â Ia mulai bercerita tentang rumah warisan keluarga yang sudah ditempati oleh 5 generasi sebelumnya.Â
Aku jadi membayangkan suasana 5 generasi sebelumnya, pasti mengasyikkan ketika belum banyak orang dan jalanan juga sepi. Juga dengan cara hidup dan berpakain di era tersebut. Â Kami berbincang akrab seperti sudah kenal lama bahkan sampai bercerita tentang anak-anak.
Ia juga menceritakan apa yang dialami ketika pandemi berlangsung.  Sebelum pandemi, ia memiliki 10 orang pegawai karena setiap hari banyak bis  membawa para wisatawan untuk makan di restonya.  Selama pandemi, karena Lasem adalah kota pariwisata, tidak ada satupun turis yang datang sehingga ia harus merumahkan kesepuluh pegawainya itu. Â
Sampai sekarangpun ibu ini hanya dibantu 1 orang ART nya dan dia bagian memasak. Â Sehari paling banyak hanya 5 sampai dengan 10 orang datang untuk makan.
Aku sempat ngobrol menanyakan tentang logistik untuk membuat makanan dari saftar  menunya yang banyak macamnya, resto juga musti siap dengan berbagai bahannya.  Di iyakan oleh ibu itu. Luarbiasa ya.
Keakraban bersahaja di kota kecil membuat selalu merindukannya. Â Dimana saja selalu menemukan kenyamanan dengan penerimaan yang hangat.