Masalah semacam ini pun sebenarnya tak lepas dari orientasi nilai-nilai. Orang pingin bebas tapi tak paham nilai-nilai, itu artinya sama saja dia berbuat semaunya.Â
Kita ini makhluk yang mengetahui dan memiliki akal. Bahkan binatang yang tak bisa berpikir dan tak tahu nilai-nilai saja tetap berperilaku di dalam batas-batas.Â
Berarti, kalau kita tak mau memahami suatu aturan, manusia sudah pasti lebih rendah daripada binatang. Jadi, soal apa kita menggunakan akal atau tidak, di sinilah yang membedakan kita dengan binatang; apakah derajatnya lebih tinggi atau justru lebih rendah.
Tak ada alasan untuk tak mau tahu, karena kita sebagai manusia memanglah harus tahu dan selalu mencari pengetahuan. Begitu rendahnya kualitas kemanusiaan kita kalau persoalan demikian pun dianggap remeh.Â
Dan nyatanya, ketika kita asyik terus menerus bicara soal kebebasan, di sisi lain kita juga mestinya bicara soal batas-batas. Barangkali ini yang seringkali dilupakan.Â
Orang tak lagi bicara soal batas-batas. Apa memang norma-norma --apakah itu agama, budaya, dan lain sebagainya-- memang selalu dikonotasikan sebagai sesuatu yang membosankan karena dia bersifat mengikat?Â
Ya, itu memang mengikat. Tapi suatu hal yang absurd kalau kita hanya sibuk memikirkan kebebasan, sedangkan kita pun tahu kalau tidak ada kebebasan yang benar-benar bebas.
Semua orang pingin bebas. Dan Tuhan membagi-bagi kebebasan itu kepada kita. Tinggal manusianya saja yang harus memahami mana batas-batas kebebasannya sehingga tidak menabrak batas-batas kebebasan orang lain. Di sini kita juga bicara soal toleransi.Â
Begitu pun orang yang melanggar norma-norma, adalah makhluk paling tak tahu diri yang tak mau menggunakan akalnya untuk memahami. Karena tiap manusia memiliki kebebasannya pula dia harus bisa bersikap egaliter sama rata; memahami orang lain dan tidak bersikap egoistis merampas hak asasi orang lain.
Kalau saja kita mau untuk memahami segala konsekuensi dalam hidup, barangkali kita tak membutuhkan banyak aturan karena kita sudah tahu bagaimana harus bertindak.Â
Kalau sudah bisa mengatur diri sendiri, sebenarnya itu sudah cukup. Karena suatu norma-norma memang dibuat untuk orang-orang yang tak bisa mengatur diri sendiri atau orang-orang yang melampaui batas. Nyatanya, diri sendiri pun adalah subjek yang sulit diatur, dan kebanyakan manusia lebih suka mengatur orang lain.Â