Bahkan ada anak artis yang belum cukup umur dihadiahi mobil mewah oleh orang tuanya, memang sah-sah saja, tetapi apa publik harus tahu dengan segala kemewahan yang dipertontonkan terus menerus itu ?.
Sudah jelas hal ini mengarah kepada perilaku 'pamer' atau yang lebih dikenal sekarang dengan istilah 'flexing', dan apabila arah dari perilaku pamer ini berfokus pada anak, maka pola yang terbentuk adalah pola "Flexing Parenting", yaitu pola asuh yang mencoba memamerkan pencapaian materi dengan menggunakan 'media' sang anak.
Hal-hal seperti postingan acara ulang tahun anak yang mewah, postingan sang anak baru dibelikan barang atau mainan mahal atau postingan sang anak diajak liburan ke tempat-tempat hiburan kadang bisa mengarah ke flexing parenting, jika dilakukan terlalu sering.Â
Sah-sah saja menunjukkan pencapaian tersebut, tetapi menjadi tidak normal, jika postingan tersebut dilakukan hampir setiap hari, bahkan kadang ada orangtua  kerap memposting apa yang dimakan anaknya setiap hari, mulai dari bekalnya hingga makan malamnya.
Mungkin bagi yang memposting hal tersebut, entah itu artis atau orang biasa, hanyalah ingin merasa diakui pencapaiannya, namun bagi sebagian yang melihatnya, bisa saja menjadi 'virus' untuk melakukan hal yang sama.Â
Bagi yang mampu, mungkin tak masalah, tetapi akan menjadi masalah bagi yang tak mampu, diupayakan untuk 'mampu' juga untuk meraihnya.
Akibatnya perilaku 'flexing parenting' dapat mengarahkan pada benih-benih sifat iri dengki manusia yang tak ingin kalah saing satu sama lainnya, dan tanpa disadari yang menjadi korban adalah anak-anak yang masih lugu tak tahu apa itu persaingan antar orang tua untuk diakui pencapaiannya.
Menurut Psikolog Dian Wisnuwardani kepada Liputan 6, memberikan penjelasan bahwa pada intinya sikap flexing bertujuan ingin diakui oleh lingkungan sosialnya dan bahaya dari flexing bagi pelakunya adalah apabila apa yang ditunjukkannya ke publik ternyata tidak mendapat respon positif.
Itu tentu akan menimbulkan efek psikologis bagi pelakunya menjadi emosional atau baperan, karena pencapaiannya tidak diakui oleh sekitarnya, hingga kadang bisa menimbulkan konflik dalam ring lingkungan sosialnya.
Sikap flexing atau kerap memamerkan kekayaan atau pencapaian yang dilakukan sang orangtua, bisa jadi menular kepada sang anak. Dimana sang anak akan berperilaku suka menghina  atau perundungan bullying kepada temannya yang biasa-biasa saja.