Mohon tunggu...
Saroh Jarmin
Saroh Jarmin Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Tinggal di Kab. Lebak, Banten

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Di Bawah Langit Malam Kota Bandung

22 Maret 2018   13:49 Diperbarui: 23 Maret 2018   00:07 2595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan menangis. Suka ikut sedih." katanya sambil memberiku selembar tisu. Aku hanya diam. Tak ada lagi kata yang bisa kuungkapkan. Kubiarkan ia memahami semuanya lewat airmataku.

"Kapan ke Bandung lagi?' tanyanya memecah kebisuan kami.

"Belum tahu." jawabku.

"Tesismu hampir selesai ya?"

"Tidak juga. Masih banyak yang harus diperbaiki. Mohon doanya saja agar aku bisa cepat menyelesaikannya."

"Iya. Mudah-mudahan." tipis senyumnya.

Satu jam berlalu. Minumanku masih lebih dari setengah. Tiba-tiba aku tidak berselera untuk menghabiskannya. Aku hanya ingin berlama-lama dengan Rizal. Bagiku, Rizal dan Bandung bagaikan magnet yang terus-menerus menarikku. Rizal dan Bandung selalu membuatku berada di dua bayangan. 

Mimpi dan keajaiban. Itulah juga yang menjadi alasan mengapa aku lebih memilih Bandung dan kampus lamaku sebagai tempatku melanjutkan studi. Rizal dan Bandung terlalu sempurna untuk kulukis hanya dengan pensil jiwaku. Rizal adalah mimpi yang tertunda. Sedangkan Bandung kuharapkan menjadi cara Tuhan untuk menuntunku pada keajaiban agar bisa mengembalikan segala kenangan indahku dengan Rizal.

"Win," sapanya.

"Iya."

"Aku minta maaf atas segalanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun