Terpejam,Â
Kelopak mata atas perintah otak,
Ada ruang terlihat samar olehku,
Sama sekali tak cakap mengenalkan diri,
Terdiam,
Mulut ini terbungkam, padam
Tak sampai satu Inch memetik anggapan,
Berteriak lantang, toa sekarung
Terbelakang,
Mencacah kemurnian niat, suci
Pada Kesetiaan mengitari keyakinan sejati,
Ya, teraspun tampakÂ
Tertutup,
Duri duri menikmati mimpi,
Wewangian merenggut sehelai rambut,
Diulang, Siuman kemudian...,
Terpukul,
Antara kabut rembulan,
Karena menutup itu sebagian  dari iman,
Lebih dipacu, agar tak lagi menikmati,Â
Terpental,
Melesat dengan semanfaat
Semangat Juang,Â
dari ujung rambut dan kaki
Dan, Terpilih itu
Berat...
Belum lagi pantat yang berjalan,
Seru, bagai satu lubang terisi kesepakatan
Beginilah,
Hari ke hari,Â
semampuku Mendengar dibalik Bayangan sendiri,
#Nglantur di Pojokan Angkringan Buku