Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dongeng, Wahana untuk Membuka Jendela Literasi pada Anak

11 November 2020   00:25 Diperbarui: 11 November 2020   01:16 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dongeng. Gambar dari instagram @annaspeshilova

Tino adalah seekor ulat. Ia melihat ibu angsa dengan anak-anaknya, ibu merpati dengan anak-anaknya, beberapa ikan sedang berenang bersama induknya. Ia mulai bertanya, "kenapa semua memiliki ibu dan saudara? kenapa aku cuma sendirian? kemana ibu dan saudara-saudaraku?" Ia mulai mencari tau siapa ibunya. Ia bertanya pada banyak hewan tentang apakah diantara mereka ada yang menjadi ibunya atau tau siapa ibunya. Tetapi tidak ada yang mengaku sebagai ibunya dan tidak ada satupun yang tau siapa ibunya. "O.. aku bukan ibumu, bentuk kita berbeda." begitulah jawaban mereka.

Lalu datanglah ibu Cici kelinci, ia bilang bahwa pernah melihat hewan yang memiliki tubuh seperti Tino. Tino sangat senang sekali, lalu ia menemui hewan tersebut. Di dalam sebuah lubang, ia melihat hewan yang memiliki tubuh yang hampir mirip dengannya, tapi tubuh mereka panjang dan lebar, mereka berbulu, dan bersisik, juga menjulurkan lidahnya. Oh... Tino dan mereka berbeda. Mereka adalah kumpulan ular. Mereka pun tak mengakui Tino sebagai saudaranya.

Melihat kesedihan Tino, ibu Cici kelinci pun akhirnya mengajak Tino tinggal bersamanya dan anak-anaknya. Tino senang sekali karena dia akhirnya mendapatkan keluarga. 

Suatu ketika Tino menghilang, ibu Cici kelinci mencari Tino, tapi tidak ketemu. Hingga suatu hari, datanglah seekor kupu-kupu cantik berwarna kuning menemuinya. Ibu Cici kaget dan heran, serta bertanya-tanya. Kupu-kupu cantik itu pun mengatakan bahwa ia adalah Tino sang ulat. Ia menceritakan bahwa dirinya selama ini harus berpuasa untuk menjadi kepompong. Ia baru tahu bahwa ia akan berubah menjadi kupu-kupu yang sangat cantik. Ia pun baru tahu bahwa ibunya adalah seekor kupu-kupu. Ia mengucapkan terimakasih kepada ibu Cici dan mengucapkan selamat tinggal.

Dongeng mampu membentuk karakter, menanamkan jiwa/perasaan, memupuk kelembutan dan kasih sayang pada jiwa anak. Jika anda ingin anak anda cerdas, bacakanlah dongeng, jika anak anda ingin lebih cerdas lagi bacakanlah lebih banyak dongeng (Sujiwo Tejo).

Anak-anak bagaikan semen basah, apapun benda yang jatuh di semen basah, akan meninggalkan jejak yang sama. (Haim Ginott, Psikolog Anak, penulis buku "Antara Orangtua dan Anak").

Yuk, membangun kebiasaan dan kenangan. Membacakan dongeng kepada anak agar menjadi kebiasaan kelak, dan menjadi kenangan.

Sumber rujukan:
instagram @rorompokuring
instagram @mendongenguntukcerdas
instagram @rumah.bambini
Youtube Majalah Bobo
Youtube MajalahMombi
Youtube Kids Planet Indonesian
Website BukuSekolahDigital.com
Kritik Tajam Sujiwo Tejo Soal Aturan & Pola Didik Anak Jaman Sekarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun