Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dongeng, Wahana untuk Membuka Jendela Literasi pada Anak

11 November 2020   00:25 Diperbarui: 11 November 2020   01:16 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dongeng. Gambar dari instagram @annaspeshilova

Maka, untuk mengenalkan dunia literasi kepada anak, salah satu caranya adalah melalui dongeng. Mengapa dongeng? karena dongeng disukai anak-anak. Karena cerita-cerita tentang dongeng itu mengajari tanpa menggurui. Karena dengan dongeng, anak mampu berimajinasi sebebas-bebasnya sesuai dengan tahap perkembangannya. Itulah sebabnya dongeng mampu meningkatkan minat baca anak.

Dikutip dari instagram @rorompokuring dongeng mampu mengaktifkan 4 bagian otak, yaitu neural coping yang membantu anak untuk mendapatkan ide atas cerita tersebut, mirroring yang membantu anak untuk melakukan pencerminan atas pemikiran dan perasaan dongeng yang diceritakan, dopamine membantu anak memecahkan masalahnya, dan cortex activity membantu anak dalam kemampuan berbahasa.

sumber: @rorompokuring
sumber: @rorompokuring
Membacakan dongeng pada anak bisa dimulai dari sejak ia lahir. Bahkan sejak anak masih di dalam kandungan. Sebab mendengarkan suara ibu mendongeng dapat membantunya merasa lebih nyaman. Penelitian menunjukkan detak jantung janin menjadi teratur ketika ibunya berbicara, ini artinya ia merasa tenang ketika mendengar suara ibunya.

Membacakan dongeng kepada anak sejak masih di dalam janin juga mampu membantunya mengingat suara ibunya ketika sudah lahir nanti. Ketika ibu membacakan cerita kembali, maka ia akan memberikan respon terhadap cerita  yang pernah dibacakan ibu ketika masih di dalam perut, daripada cerita baru dari buku lainnya. Membacakan dongeng sejak di dalam kandungan merupakan interaksi sosial awal anak dengan ibunya.

ilustrasi ibu dan anak membaca dongeng. Sumber: doktersehat.com.
ilustrasi ibu dan anak membaca dongeng. Sumber: doktersehat.com.
Dalam membacakan dongeng kepada anak, tidak perlu ada pembatasan usia. Beberapa anak-anak yang masih duduk di kelas sekolah dasar tingkat rendah kelas 1 dan 2, bahkan 3 masih terbata-bata dalam membaca. Sedangkan anak yang duduk di kelas sekolah dasar tingkat tinggi (4, 5, 6) masih sulit untuk memahami bacaan yang rumit. Kemampuan mereka dalam membaca, belum sebaik kemampuannya dalam mendengar. Maka, tidak masalah bila orangtua membantunya memahami bacaan dengan cara membacakannya.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa membacakan cerita yang sama pada anak secara berulang-ulang mampu membuatnya lebih mudah mengingat dan memahami kosakata baru dibandingkan dengan membacakan buku yang berbeda-beda setiap saat.

Membacakan cerita kepada anak-anak yang masih berusia di bawah 7 tahun sebaiknya menggunakan bantuan seperti menggunakan gerakan, artikulasi dan nada suara yang ekspresif, dan bergambar. Ini akan membantu mereka memahami bacaan, karena anak-anak tersebut masih berada pada tahap usia konkret, dimana perkembangan kognitif mereka belumlah sempurna. Mereka belum mampu memahami gagasan-gagasan abstrak.

Ada beberapa alasan mengapa dongeng baik untuk anak-anak. Pertama, cerita-cerita dongeng biasanya memiliki bagian petualangan yang seru. Petualangan itu akan membantu tokoh dalam dongeng untuk membuat perubahan tertentu seperti mencoba hal baru melalui petualangan tersebut. Maka dongeng mampu mengajak pembaca dan pendengarnya untuk mencontoh mencoba hal baru di sekitarnya.

Kedua, dalam dongeng, sering ditemukan kisah dimana kebaikan selalu menang melawan kejahatan. Dari sini maka anak bisa belajar untuk mencontoh perbuatan baik tersebut tanpa maksud menggurui.

Ketiga, cerita dalam dongeng biasanya menghadirkan suatu permasalahan, namun tokoh utama dalam dongeng tersebut mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya. Maka anak bisa belajar bahwa dalam hidup ini kita akan dihadapkan pada  berbagai tantangan. Anak mampu termotivasi untuk menyelesaikan tantangan-tantangan yang dihadapinya tersebut.

Keempat, di dalam dongeng, biasanya anak akan dikenalkan pada tokoh protagonis dan antagonis. Maka dari sinilah anak akan belajar untuk mengenali tokoh yang baik dan tokoh yang jahat. Kemudian, anak mampu menilai mana sikap yang sebaiknya dicontoh dan yang ditinggalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun