Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dari Balik Kutang, Aku Bicara

26 Mei 2019   15:05 Diperbarui: 26 Mei 2019   15:12 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://clipground.com 

Setor tugas hukuman striptis

Aku melemparkan sepatu berhak tinggi usai berlenggak-lenggok di tengah kepul asap dan botol alkohol.

Dari atas panggung kecil, aku lihat puluhan mata lapar yang menelanjangi tubuh mungilku.

Mungil dengan dada seisi pasar!

"Aku lelah!" keluhku seraya melepas penutup dadaku yang kerap bikin sesak.

Dobol!

Kamu harus tahu!
Tidak seorang pun mau dan mampu menjadi diriku. Tatap sinis perempuan manis menjatuhkan harga diriku. Di mata mereka aku tidak lebih dari seonggok *sampah*. Dan di mataku, mereka adalah sekerat daging domba.

Hasyu!
Belum lagi gigitan liar lelaki nakal pada payudara berharga sembilan juta milikku. Remasan tangan kasar merusak indah dada yang aku jaga dengan seksama.

"Sial! Harus permak lagi!"

Namun lembaran-lembaran merah yang mereka selipkan di sela kutang dan cawat membuat aku lega.

"Masih ada pembeli beras buat Emak besok," ujarku pada bayangan di dalam cermin.

Aku Renny, si bintang panggung. Penari vogue yang kala siang bernama Roni.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun