Mohon tunggu...
Saparuddin Santa
Saparuddin Santa Mohon Tunggu... Freelancer - Founder dan Direktur Eksekutif Visi Indonesia Consulting

Menyukai kebaikan dan kebenaran. Peneliti dan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menanti Capres Negarawan dan Legacy Jokowi

17 Juli 2023   21:18 Diperbarui: 18 Juli 2023   07:52 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Padahal arus utama, yang disimbolkan dari pihak yang kalah di tahun 2019 lalu, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, sudah dengan rendah hati dan melawan rasa malu yang disertai cacian dari para pendukungnya di Pilpres, sudah bergabung di pihak yang menang. 

Mengapa banyak sekali pendukung kedua belah pihak ini, masih dengan mudah tersulut pertengkaran yang tidak perlu?. Pertengkaran yang sama sekali tak bisa membantu rakyat Indonesia sejahtera, ataupun sekedar terbebas dari beban hidup?

Tidak sanggupkah presiden Jokowi "membersihkan" para penyulut "api" amarah itu terus menggaungkan narasi-narasi kebencian di media sosial? Ataukah mungkin Presiden Jokowi, para elit partai, dan politisi negeri ini, menganggap narasi narasi perpecahan itu sebagai sesuatu yang menghibur? Semacam kawan minum kopi di pagi hari sesaat sebelum menghadiri rapat kabinet, ataupun sebelum rapat internal partai dalam rangka memutuskan calon presiden yang akan di usung?

Padahal, penulis berkeyakinan, jika di telusuri secara teliti, pemerintah dengan seluruh keahlian dan perangkat teknologi yang dimiliki negara, yang secara birokratis dimiliki oleh Kementrian Informasi dan Komunikasi, Kepolisian, dan Badan Intelejen Negara misalnya, bisa melacak melalui algoritma kata-kata kunci yang di gunakan. 

Misalnya kata kadrun, cebong, akan menemukan satu fakta bahwa, mereka-mereka yang bermain di narasi kebencian dan perpecahan itu adalah orang-orang yang sama. Para "pekerja" politik picisan, yang tak punya empati nasionalisme dan jiwa negarawan.. 

Seharusnya, "menghilangkan" kelompok kelompok ini, dari ruang percakapan demokrasi, demi kemajuan, stabilitas dan masa depan pembangunan Indonesia, adalah sesuatu yang sangat mudah di lakukan oleh seorang presiden.

Selain itu, dukungan Presiden dalam mendorong lahirnya pemimpin baru yang ideal untuk bangsa dan seluruh rakyat Indonesia, dan demi kelancaran proses Pemilu yang sehat dan demokratis.  

Tidak hanya terbatas pada melibatkan diri secara politik dalam menentukan Capres pilihan partainya, berupa dukungan terhadap capres tertentu. Lalu mengabaikan terciptanya atau semakin meruncingnya pertikaian di level para pendukung calon tertentu di tingkat akar rumput atau masyarakat biasa. 

Sangat penting peran ke-negarawanan seorang presiden dan para elit, ketua umum partai, dan khususnya para kandidat calon presiden untuk bersama-sama membangun suasna yang sejuk dan damai. 

Lazimnya sebuah pesta, pesta demokrasi Pemilu 2024, adalah kegembiraan dan rasa syukur, bukan menciptakan jarak sosial apalagi kebencian antar sesame pendukung. 

Upaya para Capres, elit partai dan elit politik, untuk saling silaturahim, tidak hanya pada kandidiat atau partai pendukung "se-aliran", tetapi juga pada semua partai beserta tokoh-tokoh kuncinya, merupakan itikad baik yang perlu di ikhtiarkan secara sungguh-sungguh dan dengan niat yang tulus, demi kemajuan dan kedamaian bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun