Tak perlu kau menunggu
Tak perlu kau penuh harap
Sepanjang waktu melihatnya
Menunggu akan kehadirannya
Tak perlu kau risaukan tentangnya
Harapmu dan harapnya tak sama
jalannya sungguh tak lagi searahÂ
dulu dan nan sekarang berbeda nyata
Lagi-lagi aku di gundahkan
Lagi-lagi aku termenung
Terpuruk dalam kesendirian
Mataku terbelalak melihat ketidak adilan
Entah apa yang selalu merasuki diri
Diri menjadi tempat pelampiasan
Diri menjadi tempat untuk menyalahkan
Daksa ini rapuh, terhempas dan tak bermakna
Bandung, setiap jejak langkah kaki mungilku menyimpan cerita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!