Mohon tunggu...
santri kreatif
santri kreatif Mohon Tunggu... Belajar -

Predikat terbaik adalah " Sebaik-baik manusia yaitu yang bermanfaat bagi orang lain."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cintaku Tak Berlisan

14 Mei 2019   22:48 Diperbarui: 14 Mei 2019   22:55 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nin.. ayo dong ikut..!" rayu Alin. "Gak ah, aku mau pulang." Tolakku. "Yakin? Ntar nyesel loh..!" tambah Fajar. Akhirnya aku ikut sahabatku pergi ke toko buku.

"Pada mau beli buku ya?" rasa-rasanya suara itu sudah tak asing lagi terdengar di telingaku. "Nin, sini!" panggil Syarif mengejutkan lamunanku. "Ada apa Rif?" tanyaku sedikit malu. "Kenalin, ini temanku dari Madrasah Salafiyah." Kata Syarif memperkenalkan Yasin kepadaku dan juga Alin, yang sebenarnya diriku telah mengenalnya. "Oh, Madrasah yang dekat sama Madrasah kita itu ya?" celotehku. "Iya, kamu putrinya bapak Ahmad kan? Yang rumahnya dekat Pesantrenku." Tanya Yasin padaku. "Iya, kok tau?" "Tahulah, kamu kan yang sering mengamati anak santri lewat jendela kamarmu?" kata Yasin membuatku malu. "Masak sih, ngarang aja kamu." Kataku untuk menutupi malu.

Tak lama kemudian, selesai sudah acara pilih-pilih buku dan hanya Syarif yang akhirnya mengambil buku, itu pun hanya satu. Setelah itu, kita pulang. Bayangnya yang indah kini telah sirna, berharap kesempatan akan membawaku kembali padanya lagi.

Beberapa bulan berlalu, aku, Alin Nabila, Fajar Septiawan dan Wahifdhon Syarif telah resmi lulus dari Madrasah. Alin melanjutkan studinya di pesantren Jawa Timur, sedangkan Fajar dan Syarif melanjutkan studinya di salah satu Universitas di Jakarta. Berbeda denganku, semua keinginanku sirna, aku hanya melanjutkan studi di salah satu Universitas di tempatku. Padahal keinginanku seperti Alin.

Kini hari-hari ku jalani sendiri tanpa adanya senyum sahabat-sahabatku lagi. Semangatku tinggal Yasin seorang yang selalu ceria dengan senyumnya yang khas itu. "ya Allah.. mengapa Engkau memberi cinta yang seperti ini, cinta yang sulit untuk ku jalani, bahkan sulit juga diucapkan." Batinku menangis, kala aku menyadari betapa cinta yang tumbuh dalam lubuk hatiku dan tak sadar siapa orang yang aku cintai, tanpa mengerti mengapa aku bisa mencintainya. Kuhabiskan hari-hariku dengan renungan. Setiap malam kujadikan sebagai penghibur rindu. Bulan dan bintang menjadi hiasan relung hati yang sepi. Mentari pagi memberiku semangat agar aku selalu bisa dalam menjalani skenario hidup ini.

"Nida sayang..." lirih ibuku dari belakang. "Ibu bikin kaget aja." Jawabku sedari menutup jendela kamarku. "Ibu boleh tanya sesuatu?" kata Ibu mengawali percakapan. "Bolehlah.. emang Ibu mau tanya apa?" "Sudahkah dirimu menemukan cinta?" pertanyaan ini sempat membuatku bingung, harus aku jawab apa? Kekasih saja aku tak pernah punya. Aku pun sempat lama melamun. "Nin.. apa sudah ada? Ayo ceritakan pada ibu." Ibu mengagetkanku. "Belum Bu.." jawabku membohongi ibuku. "Masak sih.. Ibu gak percaya."
Tok tok tok..

Suara ketukan pintu memutuskan percakapanku dengan Ibu. Aku bergegas membuka pintu, dan ternyata tukang pos.
"Selamat sore, apa benar ini rumahnya saudari Azizun Nida?" sambil membaca alamat yang tertera di sampul surat. "Betul pak, apa ada kiriman surat?" Aku berharap sahabat-sahabatku disana mengirimkan sepucuk surat untukku. "Iya mbak, ini ada titipan surat dari saudari Ali Nabila." Kemudian menyerahkan surat itu kepadaku. "Terima kasih pak."

Aku sudah tak sabar ingin membacanya. Ternyata Alin tak lupa denganku, sudah empat tahun aku tak berjumpa dengannya. Rasanya aku sangat rindu kepadanya.

Untuk Sahabatku,

Azizun Nida
Assalamu'alaikum warahmatullah
Sobat, bersama angin yang berhembus ria, sepucuk surat telah datang untuk menggantikan diriku yang dulu selalu ada di sampingmu. Sobat, aku sangat rindu denganmu, juga dengan Fajar dan Syarif. Lewat selembar kertas ini, aku ingin berbagi kebahagian denganmu. Mungkin kamu tak pernah menyangka jika aku akan segera menjadi milik salah satu seorang santri dari pesantren Ma'rifatul Ulum, yakni Muhammad Yasin, aku sangat bahagia sobat mendapatkan seseorang yang ahli agama. Sobat sebentar lagi kita akan bertemu kembali, karena aku akan melangsungkan sunnah Rasul di pesantren itu.
Sekian dulu sobat..

Wassalamu'alaikum warahmatullah
Salam rindu Sobatmu,
Alin Nabila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun