Mohon tunggu...
Indana
Indana Mohon Tunggu... Psikolog - Karyawan Swasta

Menulis adalah cara terbaik memanfaatkan diri untuk semua

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Saat Interview, Apa yang HRD Ingin Ketahui tentang Anda?

21 September 2022   17:09 Diperbarui: 21 September 2022   17:16 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh: JB Susetiyo

Anda mengirimkan lamaran serta lolos tahap seleksi CV dan resume. Lalu, Anda kemudian diundang untuk mengikuti interview. Biasanya interview dilakukan dalam dua tahap, yakni dengan tim HRD dan dilanjutkan dengan pihak user atau pengguna. Tapi, seringkali karena pertimbangan waktu, ada kalanya dua sesi interview tersebut dilakukan secara sekaligus pada hari yang sama.

Untuk interview dengan HRD, fokusnya adalah untuk menilai apakah karakter, perilaku dan attitude Anda sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Sementara, interview pengguna lebih untuk mengetahui apakah kompetensi teknis Anda sesuai dengan kebutuhan bagian/unit pengguna.

Saat interview, tentu tim HRD sudah menyiapkan daftar pertanyaan wawancara. Melalui interview tersebut, ada banyak hal HRD ingin ketahui tentang Anda dari jawaban-jawaban yang Anda sampaikan.

Beruntung sekarang pandemi Covid-19 sudah mulai reda, sehingga interview bisa dilakukan secara offline atau tatap muka. Bagi HRD, interview tatap muka jauh lebih efektif untuk mengenal sosok kandidat yang ingin direkrutnya ketimbang harus dilakukan secara online. Pada saat interview, apa saja yang HRD ingin ketahui tentang Anda?

Penampilan
Pertama, tentu penampilan Anda. Selama ini HRD hanya mengenal Anda dari foto yang ada di CV atau dari media sosial Anda. Bagaimana penampilan Anda yang sebenarnya baru bisa diketahui saat interview tatap muka. Kuncinya adalah HRD ingin tahu apakah sosok yang rapi atau tidak.

Maka, penting yang Anda untuk memakai pakaian yang bersih dan rapi. Bukan yang bermerek dan mahal. Untuk ukuran bersih, rasanya setiap industri akan memiliki pengertian yang kurang lebih sama. Misalnya, pakaian yang dikenakan sebaiknya jangan yang ada noda tinta atau kotoran lainnya. Juga, jangan yang terlihat kumal dan kusut karena tidak disetrika, atau ada bagian tertentu yang sobek. Apalagi sampai mengeluarkan bau kurang sedap.

Soal rapi, harus diakui, setiap industri mungkin memiliki definisi yang berbeda-beda. Misalnya, kalau di industri keuangan, tentu lebih rapi kalau mengenakan kemeja lengan panjang dan bagian bawahnya dimasukkan ke dalam celana. Sebagian perusahaan keuangan lebih suka kalau Anda mengenakan dasi, sebagian lainnya tidak.

Sementara, bagi perusahaan rintisan atau startup, saat interview Anda mengenakan celana jeans, kaos dan jaket mungkin tidak masalah. Mungkin malah terkesan janggal kalau saat interview Anda malah mengenakan kemeja lengan panjang, bagian bawah kemeja dimasukkan ke dalam celana dan berdasi. Itu tidak salah, tetapi akan muncul kesan bahwa Anda kurang memahami nature industrinya. Kesan itulah yang akan diperoleh pihak HRD. 

Anda masih ingat dengan ungkapan iklan, “Kesan pertama begitu menggoda.” Ungkapan ini berlaku pula bagi HRD. Hanya bedanya, kesan pertama memang penting, tetapi belum tentu sangat menentukan.

Gerak-gerik dan Bahasa Tubuh
Ketika HRD melontarkan pertanyaan, bukan hanya jawaban Anda saja yang dinilai, tetapi mereka juga mengamati gerak-gerik dan bahasa tubuh Anda. Apakah Anda terlihat rileks saat menjawab, tetapi tetap fokus dan serius? Apakah jawaban Anda disertai dengan gerak tangan yang wajar dan memang diperlukan, atau malah berlebihan? Apakah saat menjawab mata Anda menatap ke sang penanya, atau malah sering lirik kiri-kanan?

Lewat gerak-gerik dan bahasa tubuh, HRD akan menilai apakah Anda cukup percaya diri atau tidak. Misalnya, saat menjawab atau menegaskan jawaban, Anda menatap mata lawan bicara, itu menandakan Anda cukup punya percaya diri. Sebaliknya kalau saat menjawab Anda terus menunduk, Anda akan dianggap kurang percaya diri.

Lewat gerak-gerik dan bahasa tubuh, tim HRD juga bisa menduga apakah Anda tengah berbohong, atau jujur. Kalau tim HRD merasa Anda berbohong, mereka akan “mengejar” Anda dengan pertanyaan-pertanyaan susulan untuk menguji konsistensi jawaban Anda. Kalau sampai hal ini terjadi tentu akan merugikan Anda. Jadi, sebaiknya jawablah dengan jujur—meski bukan berarti jawaban yang polos dan lugu.

Logika, Pengucapan dan Pilihan Kata
Cara Anda menjawab, pilihan kata dan sistematika jawaban Anda akan sangat menentukan. Dari situ, HRD akan menilai apakah Anda mampu berpikir dengan logis, runtut dan sistematis. Sebaliknya jawaban yang melompat-lompat membuat HRD akan menilai Anda kurang mampu berpikir secara runtut dan sistematis.

Pilihan kata dan pengucapan juga sangat menentukan. Pilihan kata dan pengucapan yang tepat akan membuat informasi menjadi kelas, mencegah terjadinya kesalahpahaman dan menciptakan suasana yang kondusif. Saya akan ambil anekdot sederhana soal ini.

Anda membeli martabak dan mencicipi rasanya. Lalu, Anda berkomentar memuji, “Wah Pak, martabaknya amis sekali ya.” Kalau si penjual martabak tidak cukup akrab dengan bahasa Sunda, mungkin ia akan tersinggung. Martabaknya manis kok dibilang amis. Sampai di sini jelas ada potensi terjadinya kesalahpahaman, sehingga menciptakan suasana menjadi kurang kondusif. Itu karena Anda mengganti kata “manis” dengan “amis”. Padahal, maksud Anda baik, yakni memuji, tapi hasilnya bisa berbeda. Intinya, saat interview, HRD juga akan menilai apakah Anda mampu memilih kata yang tepat dalam menyampaikan jawaban atau mengekspresikan sesuatu.

Kemampuan Beradaptasi
Saat interview, HRD juga akan melontarkan pertanyaan yang sifatnya menguji. Misalnya, HRD akan bertanya, “Kantor kami mewajibkan karyawan masuk setiap hari. Bahkan, jika diperlukan, karyawan juga diwajibkan masuk pada hari Sabtu. Apakah Anda bersedia?”

Akibat pandemi Covid-19, banyak di antara lulusan baru yang menjalani perkuliahan dan ujian secara online. Bahkan, bimbingan tesis/skripsi, termasuk sidangnya,  juga dilakukan secara online. Jadi, banyak di antara Anda yang sudah terlanjur terbiasa, merasa nyaman dan baik-baik saja dengan cara online. Maka, ketika ditanya, apakah bersedia masuk kantor setiap hari, Anda menjadi ragu. Keraguan itu secara tak sengaja akan tercermin dari jawaban Anda. Misalnya, oh begitu ya, …. hmm, atau, apakah boleh saya pertimbangkan?

Sebetulnya bukan itu yang menjadi fokus HRD. Boleh jadi pertanyaan tersebut hanya untuk menguji kemampuan, dan terutama, kesediaan Anda untuk menjadi lebih fleksibel dan mampu beradaptasi terhadap perubahan. Ini penting, sebab Anda akan bergabung dengan perusahaan. Sebagai pendatang baru, Anda dituntut untuk cepat beradaptasi. Jadi, Anda-lah yang harus menyesuaikan diri terlebih dahulu. Bukan sebaliknya, perusahaan yang menyesuaikan dengan keinginan Anda.

Maka, kalau ada pertanyaan semacam itu dan jawaban Anda, oh begitu ya…hmm atau apakah boleh saya pertimbangkan, itu akan menurunkan penilaian Anda. Meskipun akhirnya Anda menyatakan setuju, nilai Anda sudah berkurang. Posisi Anda akan kalah dengan kandidat lain yang dengan tegas menjawab, saya setuju.

Berkas Hardcopy
Saat ini semua dokumen bentuknya sudah softcopy. Begitu pula dengan CV, resume, ijazah, transkrip nilai atau portofolio karya Anda, semuanya di-submit dalam bentuk softcopy. Namun, ada kalanya saat interview, HRD akan menanyakan berkas yang hardcopy. Ini bukan karena HRD tidak memiliki berkas yang telah Anda kirim, tetapi lebih ingin menguji kesiapan Anda. Jika semua dokumen Anda bawa berkas hardcopy-nya, itu menunjukkan bahwa Anda sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik.

Informasi tentang Perusahaan
HRD juga sering menanyakan, apa yang Anda ketahui tentang perusahaan dan posisi yang Anda lamar? Lewat pertanyaan ini, HRD juga ingin menguji kesungguhan dan kesiapan Anda untuk bekerja di perusahaan. Jika Anda bersungguh-sungguh ingin bekerja di perusahaan, mestinya Anda mencari sebanyak-banyaknya informasi tentang perusahaan tersebut. Bagaimana mungkin Anda mau bekerja di suatu perusahaan, tetapi Anda tidak tahu sama sekali tentang perusahaan tersebut, bukan! Dan, informasi semacam ini bisa dengan mudah didapatkan. Anda bisa klik website atau beritanya di berbagai media. Simpelnya, Anda cukup klik Google.

Soal ragam pekerjaan pada posisi yang Anda lamar, informasi umumnya juga bisa Anda dapatkan dari mana-mana. Betul, ada aspek yang bersifat teknis dan spesifik yang mungkin belum Anda ketahui. Itu wajar. Jadi, sebelum interview, pelajari baik-baik berbagai informasi yang terkait perusahaan dan jenis pekerjaan yang mungkin bakal Anda lakukan. Ini bukan soal jawaban Anda benar atau salah, tetapi HRD ingin mengukur kesungguhan dan kesiapan Anda untuk bergabung di perusahaan tersebut.

Orang yang Tepat
HRD juga bisa memancing Anda dengan pertanyaan, coba tunjukkan bahwa Anda adalah orang yang tepat untuk mengisi posisi tertentu di perusahaan. Bagi Anda yang high profile atau terbiasa mempromosikan diri sendiri, tentu relatif mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sebaliknya bagi yang low profile, Anda biasanya kurang suka menonjol-nonjolkan diri sendiri.

Pada saat seperti ini, sebaiknya Anda menjawab sesuai ekspektasi HRD. Jika Anda sosok yang high profile, kendalikan diri dalam menjawab agar jawaban Anda sesuai kebutuhan. Begitu bagi yang low profile, cobalah menjawab dengan lebih tegas tanpa harus memaksakan untuk menonjolkan diri.

Kalau Anda berdua menilai diri sebagai orang yang cocok untuk posisi tersebut, selain jawaban lisan, selebihnya berikan bukti pendukungnya sebagaimana ada dalam CV atau portofolio lainnya. Misalnya, dalam bentuk sertifikat, berbagai surat keputusan (SK), foto-foto atau bukti pendukung lainnya yang Anda nilai relevan.

Sebagai catatan, pada saat interview, HRD mungkin belum bahwa Anda high profile (ekstrovert) atau low profile (introvert). Saat itu sebetulnya HRD tengah menilai apakah karakter Anda cocok dengan kebutuhan perusahaan. Maka, penting bagi Anda untuk menjadi diri sendiri—tetapi jangan berlebihan.

Bagi yang introvert, jangan menjadi sosok yang pemalu, penyendiri dan pendiam secara berlebihan. Bagi yang ekstrovert, jangan menjadi sosok yang terlalu banyak bicara dan suka menonjolkan diri. Beradaptasilah sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Kelebihan dan Kekurangan Diri
Pertanyaan lainnya yang biasa diajukan HRD adalah Anda diminta menyebutkan tiga (bisa lebih) kelebihan dan kekurangan Anda. Ada beberapa hal yang HRD ingin ketahui dari Anda dengan pertanyaan tersebut. Misalnya, HRD ingin tahu apakah Anda mengenali diri Anda sendiri. Kalau Anda terlalu lama berpikir sebelum menjawab, HRD mungkin akan menilai Anda kurang mengenal diri sendiri.

Berikutnya, HRD ingin menilai potensi Anda lewat kekuatan dan kelemahan tersebut. Lalu, HRD akan menilai seberapa jujur Anda mengakui, terutama, kelemahan diri sendiri.  Pada sesi ini, HRD kerap mengajukan pertanyaan lanjutan, “Apa yang sudah Anda lakukan untuk mengatasi kekurangan Anda?”

Sebaiknya Anda punya jawaban untuk pertanyaan ini. Dan, jawaban itu bukan sebatas gagasan, tetapi sudah Anda terapkan. Misalnya, Anda mengaku sulit mengorganisasi urusan Anda sendiri. Akibatnya kamar dan meja Anda berantakan, sering kesulitan mencari barang-barang tertentu, karena Anda lupa di mana menaruhnya, atau lupa mengerjakan hal-hal yang penting.

Lalu, untuk mengatasi kekurangan tersebut, Anda mulai dengan tekad tidak akan keluar kamar sebelum semuanya rapi dan ditaruh pada tempatnya. Untuk hal-hal penting yang mesti Anda kerjakan, Anda membuat daftar skedul harian. Dengan jawaban semacam itu, HRD akan menilai bahwa Anda memiliki growth mindset. Anda mau untuk terus tumbuh dan berkembang. Caranya? Dengan menunjukkan adanya upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan tersebut.

Itulah beberapa hal yang ingin HRD ketahui dari Anda saat interview. Betul, itu hanya sebagian. Banyak HRD yang masih menyimpan puluhan pertanyaan untuk Anda, tetapi karena kendala waktu, tidak bisa dia ajukan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun