Biasanya, orang yang pasif merasa takut untuk berbicara, takut kalau pendapatnya salah atau tidak bermutu, tidak percaya diri, takut tidak diterima, dan takut ditertawakan.
Sangat penting untuk bisa belajar melihat diri sendiri sebagai pribadi yang dikasihi Tuhan dan diberi kemampuan untuk menyampaikan hal yang baik. Selain itu, perlu juga belajar untuk bisa menghargai diri sendiri dan tidak lagi menganggap diri sebagai seseorang yang tidak diterima orang lain.
2. Berlatih dan berlatih.
Berlatih untuk mengungkapkan perasaan pribadi akan sesuatu yang dilihat atau didengar. Berlatih menyampaikan pendapat (berani merespons). Yang namanya berlatih berarti harus dilakukan terus-menerus.
Jika kita memiliki teman yang pasif, dan jika dia sedang berlatih untuk menyampaikan pendapatnya, kita bisa menolongnya dengan memberikan motivasi, dorongan, dan jika ternyata ada yang salah, kita bisa memberitahunya dengan cara yang tepat pula supaya dia merasa aman.
Setidaknya, untuk masa-masa awal, rasa aman menjadi poin penting dalam hal ini. Orang yang pasif memerlukan kepastian bahwa setelah dia berbicara, ternyata orang lain dan keadaan bisa menerima dia. Jadi, besok-besoknya, dia pasti akan mencobanya lagi.
Coba bayangkan jika ada seseorang yang sedang berlatih menyampaikan pendapatnya, kita langsung memperdebatkan pendapatnya, membombardir dengan sub-subpertanyaan lainnya, atau bahkan menolak pendapatnya dengan cara yang frontal. Wah, pasti deh dia akan menjadi lebih pasif daripada yang sebelumnya.
Seseorang yang pasif pasti tidak akan bisa mengubah kebiasaannya dengan kemampuan diri sendiri. Ia pasti memerlukan teman, setidaknya untuk menjadi teman latihan berbicara dan mengungkapkan pendapat.
Karena itu, jika dalam komunitas atau tempat kerja kita ternyata ada orang yang pasif, mari kita tolong mereka supaya bisa keluar dari kebiasaan ini. Mari tinggalkan sikap pasif dan mulai bangkit untuk berani berkontribusi dan bersikap kritis demi memajukan hal-hal yang menjadi tanggung jawab kita bersama.
Baca Juga: Pendiam Itu Bukan Pendosa, Maka Jangan Distigma Buruk