Mohon tunggu...
San Ridwan Maulana
San Ridwan Maulana Mohon Tunggu... Dosen, ASN Kemenag RI

Ketua IPARI (Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia) Kota Tangerang Selatan, Wasekjend DPP PK-Tren Indonesia, Pengurus DPW ISNU Banten, Pengurus DPP Majelis Dai Kebangsaan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bangsa Juara _Mudah mudah2an

4 Agustus 2025   13:42 Diperbarui: 4 Agustus 2025   13:42 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Bangsa Juara---Mudah-Mudahan?"

Di tengah semarak jargon "Bangsa Juara", terselip satu frasa yang menyentil nurani: mudah-mudahan. Kata ini bukan sekadar harapan, melainkan cermin dari mentalitas bangsa yang belum sepenuhnya siap bersaing. Ia mengandung optimisme, namun juga menyimpan satire halus tentang realita: bahwa kita sering berharap lebih daripada berikhtiar.

Bangsa kita dikenal dengan jiwa santun dan qonaah---dua nilai luhur yang menjadi warisan spiritual dari pesantren, tradisi Jawa, dan ajaran Islam. Namun, dalam konteks kompetisi global, nilai-nilai ini sering kali disalahpahami sebagai sikap pasif, enggan berjuang, dan puas di zona nyaman. Santun menjadi alasan untuk tidak tegas, qonaah menjadi dalih untuk tidak berambisi.

Padahal, Islam tidak pernah mengajarkan qonaah sebagai bentuk kemalasan. Qonaah adalah syukur aktif, bukan pasrah pasif. Rasulullah bersabda: "Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati." (HR. Bukhari no. 6446, Muslim no. 1050). Artinya, qonaah bukan anti-kemajuan, melainkan benteng dari kerakusan yang membutakan.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa qonaah adalah sikap puas dan menerima dengan lapang dada terhadap apa yang dimiliki, terutama dalam konteks rezeki dan perjuangan hidup. Namun, ia juga menekankan pentingnya usaha dan strategi dalam mencapai tujuan. Prof. Quraish Shihab menambahkan bahwa qonaah bukan berarti menolak cita-cita tinggi, melainkan menjaga hati agar tidak diperbudak oleh ambisi duniawi.

Ibn Ata'illah al-Sakandari, dalam Al-Hikam, menulis: "Janganlah keinginanmu untuk mendapatkan sesuatu melebihi keinginanmu untuk menjadi layak menerimanya." Ini adalah bentuk qonaah yang aktif---bukan menolak rezeki, tapi memperbaiki diri agar pantas menerima anugerah. Ia mengajarkan bahwa spiritualitas bukan penghalang kemajuan, melainkan fondasi untuk meraihnya dengan berkah.

Said Nursi, pemikir Turki yang hidup di masa transisi modern, menekankan bahwa qonaah adalah jalan untuk membebaskan manusia dari perbudakan materialisme. Dalam Risalah Nur, ia menyatakan bahwa qonaah bukan berarti menolak kemajuan, tetapi menjadikan kemajuan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperbaiki masyarakat. Ia mengajak umat Islam untuk menjadi "tentara cahaya" yang membawa nilai spiritual ke dalam dunia modern.

Sahabatku generasi muda, jangan biarkan "mudah-mudahan" menjadi pengganti dari kerja keras. Jadilah santun, tapi juga tegas. Jadilah qonaah, tapi juga strategis. Dunia tidak menunggu mereka yang hanya berharap---ia bergerak bersama mereka yang berani melangkah.

Bangsa juara bukan hanya soal medali dan ranking. Ia lahir dari jiwa yang santun tapi berani, qonaah tapi kompetitif, spiritual tapi inovatif. Mari ubah "mudah-mudahan" menjadi "insyaAllah dengan ikhtiar terbaik."

Dan ingatlah sabda Nabi : "Sungguh beruntung orang yang berislam, memperoleh kecukupan rezeki, dan dianugerahi sifat qona'ah atas segala pemberian." (HR. Tirmidzi, hasan).

Semoga kalian menjadi generasi yang tidak hanya berharap, tapi juga berjuang. Tidak hanya santun, tapi juga tangguh. Tidak hanya qonaah, tapi juga berani bermimpi besar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun