Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Sinis" Sama Drakor

31 Maret 2021   13:04 Diperbarui: 31 Maret 2021   13:09 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drakor The Penthouse. Foto: Soompi

Lantas saya membandingkan dengan sinetron Indonesia terkait analisa Mira Amir tadi. Siapa pun pasti setuju bahwa "tampang" para pemain sinetron Indonesia tak kalah ganteng atau cantiknya dengan para pemain Drakor.

Sementara jika alasan Drakor disebutkan lebih beragam memiliki tema, sekarang apa yang kurang dari tema sinetron Indonesia?

Mau yang komedi, percintaan, Keluarga, kerajaan, kejahatan, horor seperti tema-tema Drakor? sinetron Indonesia juga punya kok.

Namun lagi-lagi, walaupun bisa disebutkan sinetron Indonesia seperti "Ikatan Cinta" itu katanya digandrungi betul, toh tetap saja yang ada di hati generasi milenial saat ini ya Drakor.

Sejak awal kita sudah memposisikan bahwa sinetron Indonesia adalah tontonan yang menjual mimpi. Apa bedanya kemudian dengan Drakor. Apakah Drakor tidak menjual mimpi?

Sejak dulu kita sudah memposisikan sinetron Indonesia milik "emak-emak. Padahal Drakor yang Juga ditonton "emak-emak, tetap tidak mendapatkan klaim bahwa itu tontonan "emak-emak."

Kita tak adil dalam memposisikan baik itu Drakor dan sinetron Indonesia sebagai sama-sama tontonan.

Dari situ saya menduga bahwa ada segelintir orang yang memang membuat paradigma semacam itu. Artinya, jika dilihat secara industrinya, mereka yang membangun paradigma tersebut memang sedang mencari keuntungan dibalik Drakor tersebut.

Hasilnya pun sudah jelas ada bagaimana industri ini sudah masuk ke Indonesia melalui sejumlah SDM serta infrastruktur penunjangnya.

Masuknya Netflix serta platform pemutar Drakor ke tanah air juga disertai dengan masuknya rumah-rumah produksi negeri Ginseng itu ke Indonesia.

Ketika industri Drakor sudah menguasi generasi milenial, Mereka yang tadi membangun paradigma bahwa sinetron Indonesia milik "emak-emak", kemudian membangun lagi paradigma bahwa masuknya Drakor sangat baik untuk persaingan agar sineas kita terpicu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun