Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terdampar di Noumea

14 Februari 2021   11:53 Diperbarui: 14 Februari 2021   12:02 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah berapa lama setelah melarikan diri dari kejaran anak buah Bayu, aku kini berada di Kaledonia Baru, persisnya di jantung kota Naomea.

Story About Ivona (Part 3)

Kawasan Robinson, MontDore, Noumea

Kebaradaanku di negara yang banyak dihuni orang keturunan Jawa ini, berkat informasi dari tukang kebun Pak Amrih, Pak Solihin.

Dia menjelaskan bahwa, sebenarnya istri Pak Amrih belum meninggal. Tetapi menikah lagi dengan seorang pria asal Australia yang tinggal di kawasan ini.

Sulastri istri Pak Amrih, kata Pak Solihin punya dua anak perempuan bernama Gianti dan Ayuning. Pada saat terjadinya kematian ibuku, Sulastri diam-diam meracuni ibu, sehingga ibu wafat saat melahirkan.

Sebenarnya Sulastri menyuruh Pak Amrih. Tetapi karena Pak Amrih menyukai ibu, Dia tak mau melakukannya.

Begitu juga dengan surat yang membuat ku tak percaya kepada bapak, sehingga ku nekat membunuh bapak. Itu semua adalah rancangan Sulastri.

Sulastri menikah lagi dengan Hazard, pria asal Australia dan punya anak laki-laki bernama Anakin.

Mereka menetap di sini. Kecuali Gianti dan Ayuning, mereka tinggal di Indonesia, tetapi ku tak tahu di kota mana mereka menetap.

Semula ku menganggap sangat mudah menemukan Sulastri di wilayah ini, karena mayoritas penduduknya adalah orang-orang keturunan Jawa. Tetapi karena Sulastri sudah berganti nama yang tak ku tahu namanya saat ini, aku pun jadi sulit menemukannya.

Satu-satunya jalan aku harus ke KBRI untuk menanyakan identitas Sulastri. Tapi itu urung kulakukan, karena ku takut identitas ku diketahui.

Akhirnya ku putuskan mencari sendiri keberadaan Sulastri dengan berbekal selembar foto kusam, yang kuminta dari Pak Solihin.

Kantong-kantong masyarakat keturunan Jawa di wilayah ini kusambangi.

Daerah Vallon du Gaz, Baei de l'Orphelinat dan kota-kota lainnya seperti La Foa, Farno, Bourail, serta Kone, kusambangi dalam kurun cukup lama.

Pencarian panjang. Di sini nalar naifku mengira-ngira. Dimana engkau duhai pembuat getir masa laluku?

Aku masih terdampar. Sekarat, sedetik kemudian roboh melapuk.

Tapi Dia, Sulastri itu, membuatku berontak menjadi pohon yang diukir sembarang dengan silet. Dicabik, dikuliti tanpa belas kasih. Aku tak mauuuuuuu......

"Mba..." terdengar suara laki-laki, aksennya msh terdengar ada kejawa2an.

"Kenapa sendiri di sini?" aku amati laki laki itu

"Kamu siapa?" tanyaku

"Saya Pras. Orang Indonesia, asli Jawa. Baru sebulan di sini."

Bersama Pras, aku kemudian mencari Sulastri. Pras, pribadi sangat menyenangkan. Setidaknya itu mulai kurasakan setelah beberapa hari bersamanya.

Pencarian Sulastri mulai kurasakan menemui titik jenuh. Aku memutuskan untuk menghentikan pencarian.

Tetapi Pras tidak setuju. Dia memintaku melanjutkan pencarian. Aku katakan sudah tak punya uang lagi. Pras bersedia membantu.

Tak terasa 2 bulan aku berada di sini. Sulastri belum juga kutemukan. Pras memberi informasi. Katanya Sulastri ke Indonesia menemui kedua putrinya.

Aku putuskan mengejar Sulastri ke tanah air. Pras turut bersamaku.

Pras mengungkapkan rasa cintanya kepadaku dalam perjalanan menuju Indonesia.

Aku tak merasa heran. Sejak awal Dia menunjukan rasa itu kepadaku.

Aku ceritakan semua masa laluku yang kelam, supaya Pras berpikir ulang. Tetapi Dia tidak mau tahu akan masa laluku.

Aku tetap pada pendirian semula. Pras juga pada pendiriannya. Tetapi kami menikmati suasana hati seperti ini.

"Nanti juga kita akan disatukan Tuhan, setelah aku temukan Sulastri." kataku kepada Pras.

"Semoga." balas Pras.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun