Semula ku menganggap sangat mudah menemukan Sulastri di wilayah ini, karena mayoritas penduduknya adalah orang-orang keturunan Jawa. Tetapi karena Sulastri sudah berganti nama yang tak ku tahu namanya saat ini, aku pun jadi sulit menemukannya.
Satu-satunya jalan aku harus ke KBRI untuk menanyakan identitas Sulastri. Tapi itu urung kulakukan, karena ku takut identitas ku diketahui.
Akhirnya ku putuskan mencari sendiri keberadaan Sulastri dengan berbekal selembar foto kusam, yang kuminta dari Pak Solihin.
Kantong-kantong masyarakat keturunan Jawa di wilayah ini kusambangi.
Daerah Vallon du Gaz, Baei de l'Orphelinat dan kota-kota lainnya seperti La Foa, Farno, Bourail, serta Kone, kusambangi dalam kurun cukup lama.
Pencarian panjang. Di sini nalar naifku mengira-ngira. Dimana engkau duhai pembuat getir masa laluku?
Aku masih terdampar. Sekarat, sedetik kemudian roboh melapuk.
Tapi Dia, Sulastri itu, membuatku berontak menjadi pohon yang diukir sembarang dengan silet. Dicabik, dikuliti tanpa belas kasih. Aku tak mauuuuuuu......
"Mba..." terdengar suara laki-laki, aksennya msh terdengar ada kejawa2an.
"Kenapa sendiri di sini?" aku amati laki laki itu
"Kamu siapa?"Â tanyaku