Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Impor Beras Bukan Lagi Solusi Bijak untuk Pemenuhan Pangan

3 Januari 2024   20:00 Diperbarui: 5 Januari 2024   20:56 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi beras dalam mangkuk kayu. (SHUTTERSTOCK/ERLY DAMAYANTI)

Terletak di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, Desa Sungai Langka merupakan kawasan yang sangat indah.

Berada di kaki gunung Sukma Hilang, membuat desa ini secara otomatis memiliki banyak sumber daya alam. Mulai dari pertanian, perkebunan, hingga peternakan.

Kunjungi kami ke desa Sukma Hilang terjadi pada akhir 2020, untuk menemui seorang ibu rumah tangga bernama Susilowati, atau akrab dipanggil Ibu Susi, yang lahir di Desa Sungai Langka.

Ibu Susi adalah lulusan salah satu SMA di Bandar Lampung. Mengenyam pendidikan di kota, tidak membuatnya lupa akan desanya. Dan, kini Ibu Susi kembali ke desa untuk mengabdi di tempat kelahirannya.

Pada tahun 2020 lalu, Ibu Susi terpilih menjadi salah satu kader keamanan pangan dari Desa Sungai Langka. Sebagai kader, ia aktif dalam melakukan sosialisasi keamanan pangan kepada masyarakat desa. Tujuannya, agar masyarakat desa cerdas dalam memilih dan mengolah pangan yang aman.

Ibu Susi pun aktif sebagai pembina Kelompok Wanita Tani (KWT) di desa Sungai Langka dan sekitarnya. Melimpahnya sumber daya alam yang ada di desa ini juga membuat Ibu Susi untuk terus berinovasi.

Inovasi tersebut antara lain dengan memanfaatkan bambu sebagai wadah wastafel. Pemasangan wastafel ini sudah dilakukan di rumah-rumah warga, warung, dan balai desa.

Inovasi selanjutnya adalah pengolahan keripik salak dan nangka menggunakan teknik vakum. Teknik ini dilakukan KWT yang dibina oleh Ibu Susi sebagai upaya pengurangan limbah minyak pada saat proses penggorengan pada umumnya.

Selanjutnya, pengolahan biji salak menjadi minuman serbuk. Menurut pengakuan Ibu Susi, upaya tersebut dilakukannya karena ia kerap melihat limbah dari sisa pembuatan keripik salak yang dibuang begitu saja, layaknya yang terjadi selama ini.

Ibu Susi lantas bersama rekan-rekan di KWT banyak menggali informasi mengenai potensi di balik biji salak yang bisa dimanfaatkan dengan baik. Hasilnya, terciptalah serbuk dari biji salak sebagai hasil dari penemuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun