Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kala Profesi Nelayan Sudah Tak Menarik Lagi

9 Desember 2023   15:37 Diperbarui: 12 Desember 2023   01:20 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi nelayan di laut. Sumber: Dok. Pribadi

"Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur". (An Nahl:14).

Indonesia dikenal sebagai salah satu negeri agraris dan maritim terbesar dunia. Namun, masih banyak petani dan khususnya nelayan kita yang belum sejahtera.

Sebagai negara maritim, atau lebih tepatnya negara kepulauan, Indonesia rupanya belum mampu menyejahterakan para nelayan. Bahkan, pekerjaan sebagai nelayan menjadi salah satu profesi paling miskin. Ini didasarkan atas analisis data SUSENAS atau Survei Sosio Ekonomi Nasional tahun 2017 yang dilakukan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Zuzy Anna dan tim.

Sebanyak 11,34% orang yang bekerja di sektor perikanan tergolong miskin, lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pelayanan restoran (5,56%), konstruksi bangunan (9,86%), dan pengelolaan sampah (9,62%).”

Tak heran jika pada gilirannya berimbas pada berkurangnya jumlah anak muda yang ingin berprofesi sebagai nelayan.

Bila melihat data dari BPS atau Data Badan Pusat Statistik pun menunjukkan adanya tren penurunan jumlah rumah tangga perikanan tangkap secara drastis, yang semula pada tahun 2000 sebanyak 2 juta menjadi 966 ribu orang pada tahun 2016.

Meski tren penurunan di atas tidak serta merta menghilangkan faktor-faktor pengecualian yang mungkin ada, tapi data di atas mengindikasikan bahwa bekerja sebagai nelayan bisa jadi dinilai sudah tak lagi 'relevan', mengingat peluang lapangan kerja di luar sana bisa dijadikan opsi yang lebih menjanjikan.

Maka dari itu, political will pemerintah sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan demi keberlangsungan profesi ini. Karena berdasarkan amanat undang-undang sendiri sudah jelas mengatakan, kita harus membangun sektor maritim secara lebih baik ke depannya.

Itu sekaligus menjadi satu masa depan bagi pembangunan nasional Indonesia, juga bagi peningkatan kesejahteraan nasional republik ini.

Polemik Nelayan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun