Mohon tunggu...
Dharma Sandy
Dharma Sandy Mohon Tunggu... Novelis - Dharma

Menulis untuk berbagi kisah dalam dari hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Cinta Datang Menyapa

18 Mei 2019   16:33 Diperbarui: 18 Mei 2019   16:35 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Husssh. Suara angin berhembus. Menerbangkan dedaun yang telah gugur, mengoyang ilalang sehingga membuatnya Nampak seperti menari, begitupun dedaunan yang masih kokoh berada di dahannya, menari-nari riang seolah sedang menyanyi.

Udara sangat panas hari ini. Tak nampak sedikitpun awan menghiasi langit yang begitu cerah. Mungkin karena musim kemarau sudah mulai tiba. Tak mau ketinggalan burung-burung pun ikut menari bersamaan datangnya angin. Mereka terbang kasana-kamari tanpa henti, berkicau, lalu singgah pada ranting lalu terbang lagi, berkicau lagi, begitulah terus tanpa henti.

Amran seorang pemuda yang baru saja melesaikan pendidikannya di luar negeri, keluar dari rumahnya, Ia memiliki janji dengan salah seorang sahabat lamanya untuk bertemu, rencananya mereka akan membangun sebuah rumah singgah di pinggiran kota untuk anak-anak yang hidup dijalanan, disana Amran dan sahabatnya ingin berbagi ilmu dan nikmat yang selama ini mereka peroleh.

Handphone Amran berdering temannya yang telah menunggu ditempat mereka membuat janjian memberikan kabar kalau Ia sudah berada disana. Amran telah ditunggu bersama dengan teman-teman lainnya untuk membahas rencana mereka selanjutnya, demi mewujudkan mimpi berbagi ilmu dan nikmat dengan mereka yang membutuhkan.

"Bagaimana Ran, Kamu sudah ditunggu. Kamu jadi kesini kan?" terdengar suara dari balik telephone.

 Dengan sepatah kata Ia mengatakan kalau Ia sedang berada dijalan dan akan segera sampai ke tempat mereka membuat janji.

Dipinggir jalan Amran berdiri, menunggu angkot yang akan membawanya ke tempat yang Ia tuju. Namun, hampir setengah jam Ia menunggu, tak ada satupun angkutan umum yang lewat didepannya, hampir putus asa. Ia berniat menghubungi temannya dan mengatakan kalau Ia tak bias menepati janjinya untuk bertemu sebab tak ada kendaraan yang bisa membawanya.

Namun, belum sempat Ia menelphone temannya dari kejauhan Ia melihat ada sebuah angkot yang datang, dari jurusan yang tertera di kaca angkot, angkutan itu akan melewati tempat dimana Ia membuat janji dengan temannya. "Alhamdulillah.." ucapnya dalam hati seraya melambaikan tangan pertanda Ia ingin menghentikan angkot itu, dan angkotpun berhenti tepat didepannya.

Angkot yang Ia tumpangi kebetulan masih kosong, yang ada hanya Amran, seorang ibu-ibu dan juga seorang gadis seumuran dengannya, Amran merasa tak asing dengan gadis yang duduk didepannya itu. Dalam pikirannya Ia berfikir siapakah Dia, karena wajahnya sangat familiar di otaknya, Ia mencoba untuk mengingat-ngingat, namun, tak Ia ketahui juga siapa gadis itu. "Ah mungkin Cuma perasaanku saja yang merasa kalau Aku kenal dengannya." Gumannya dalam hati.

Angkot terus melaju, tak terasa telah berhenti didepan sebuah restoran tempat Amran membuat janji dengan temannya, Amran Nampak kebingungan sebab Ia merasa belum mengatakan kepada sang supir tentang dimana Ia akan turun, namun kenapa justru angkot itu berhenti ditempat yang ia tuju, baru Ia sadar saat gadis yang sedari tadi berada didepannya dan membuatnya penasaran itu memberikan ongkos kepada supir angkot dan turun didepan restoran itu juga. Tak mau ketinggalan, Amran juga turun disana.

Tak jauh dari pintu masuk, Amran melihat temannya duduk di sudut restoran bersama dengan pemuda seumuran dengan mereka, kawannya itu langsung melambaikan tangannya untuk memanggil Amran, Amran menghampirinya, mereka bersalaman lalu berpelukan, mereka berdua adalah sahabat akrab yang sudah lama tak bertemu, sejak Amran pergi kuliah ke luar negeri mereka tak pernah ketemu lagi, mereka berdua hanya kontak-kantakan via telephone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun