Mohon tunggu...
Sandy Suryaman
Sandy Suryaman Mohon Tunggu...

Sandy is Agency Development and Trainer Specialist, \r\nat PT. Prudential Life Assurance. More than 9 years experience as a Development Specialist, set up development sales progam and material for several Insurance Agency and Insurance Company.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Counseling Practice

28 Juni 2013   13:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:17 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang bertanya kepada Penulis. "Apa butuhnya saya mempelajari kepemimpinan ?, Toh saya hanya seorang ibu rumah tangga !"
Hummm..penulis hanya bisa tersenyum karena pertanyaan itu sudah dilontarkan ratusan kali kepada penulis. Tanpa Anda sadari sebenarnya mau- tidak mau,suka-tidak suka, Anda adalah pemimpin. Anda pemimpin di rumah untuk anak-anak dan pembantu dirumah,di kampung, di organisasi, di kantor atau setidaknya, Anda adalah pemimpin untuk diri sendiri.

Sebagai pemimpin atau leader, salah satu tugas besar Anda adalah mengembangkan orang-orang di sekitar Anda pada saat apapun dan dalam kondisi apapun. Dan salah satu teknik untuk mengembangkan orang-orang disekitar anda adalah dengan melakukanCounseling. Counseling adalah salah satu tugas utama seorang leader untuk memecahkan masalah atau persoalan yang bersifat pribadi yang mungkin akan menurunkan motivasi dan semangat berkerja.

Memimpin tanpa kemampuan counseling, sama juga bo'ong. Sebagai konselor, Anda harus punya kepekaan. Memang tidak mudah untuk mempertajam kepekaan sehingga seorang konselor dapat memberikan solusi yang tepat. Penulis hanya dapat menyarankan satu tips singkat yaitu : Latihan !

Untuk menggambarkan situasi counseling tersebut, Penulis akan memberikan gambaran melalui pengalaman pribadi. Bukan sebagai pemimpin besar di suatu kantor atau organisasi, tapi sederhana saja, sebagai pemimpin di rumah sendiri.

Pengalamanini, sama sekali bukan best practice, bukan juga arahan manual yang sudah tersistem.

Suatu sore, sepulang dari bekerja isteri penulis, bercerita tentang kebijakan yang dinilai tidak berpihak kepada karyawan yang pada akhirnya berpengaruh pada semakin kecilnya bonus karyawan. Saat itu, kami baru saja sampai dirumah dan masih dalam keadaan sama-sama letih. Isteri bercerita dengan menggebu-gebu tentang betapa tidak adilnya kebijakan perusahaan tadi terhadap karyawannya.

Setelah isteri selesai bercerita, penulis katakan kepada isteri, "umi, posisikan diri umi sebagai sebuah perusahaan, sebelum memberikan penilaian". Isteri penulis kemudian merespon dengan cepat, "Tapi Bi, memang benar, kebijakan kantor saat ini kayaknya hanya menguntungkan kantor aja tanpa memperdulikan karyawannya."

Dan kalimat tersebut diiringi dengan naiknya volume suara yang menandakan naiknya tingkat emosi isteri penulis.

Bukan perkara mudah menghadapi situasi semacam ini. Apalagi di jam-jam yang peka emosi seperti pada saat pulang kerja. Penulis pun susah payah mencari saat yang tepat untuk kembali bicara, sembari menahan keras emosi penulis akibat keletihan. Jangan sampai, penulis justru ikut masuk ke kancah perang staff vs perusahaan ini.
Di titik itulah,penulis mencoba mengalihkan situasi emosional yang entah karena emosi, entah karena larut dalam konflik, entah karena terlalu sibuk berfokus pada sesuatu, akan membuat semua pihak kehilangan kesempatan, untuk dapat menyuntikkan pelajaran dan masukan yang sangat berharga.

Di tengah upaya untuk mengalihkan pembicaraan sejenak itu, penulis berusaha keras untuk memahami apa yang terjadi. Menurut kacamata penulis, ada kesenjangan yang muncul di antara pemahaman isteri tentang kebijakan perusahaan dengan penyampaian maksud dari kebijakan yang sudah ditetapkan kepada para staff tersebut.

Penulis berpendapat,mungkin dengan memberikan analogi maka penjelasan terhadap persoalan yang terjadi akan lebih mudah tersampaikan. Penulis pun berkata pada isteri, "Coba kalo Abi lagi gak punya duit, tapi saat itu harus bayar gaji pengasuh anak kita,kira-kira Abi bisa gak yah ambil keputusan sepihak untuk menunda pembayaran gajinya?", sambil mencoba memvisualisasikan kalimat dengan gerakan seolah-olah sedang berfikir. Namun isteri penulistampaknya masih belum puas dan menerima penjelasan dengan analogi tadi.

Lalu penulis mencoba memberikan analogi lagi, "Kalo anak kita biasa dikasih jajan Rp.10.000,-/hari lalu abi kurangi menjadi Rp.7000,-/hari, karena abi harus melunasi cicilan hutang yang sudah jatuh tempo kira-kira adil gak ya ?". Dari raut wajah sepertinya isteri penulis sudah mulai tenang,hal tersebut menandakan sudah ada informasi yang diterima.

Kemudian penulis berusaha menjelaskan, "Sekarang saatnya umi memposisikan diri sebagai perusahaan, mungkin saat ini perusahaan memang harus mengambil keputusan yang tidak adil untuk para staff-nya dikarenakan ada dua kepentingan yang harus di dahulukan berdasarkan skala prioritas".

Sudah ada anggukan pertanda setuju dari isteri penulis,dan dengansedikit penjelasan-penjelasan dari beberapa sudut pandang yang berbeda lainnya, perlahan-lahan, isteri mulai mengerti kemudian menyepakati kesimpulan bahwa selalu ada intensi positif di setiap keputusan yg diambil perusahaan.

Ya, cerita tadi mudah2an dapat memberikan inspirasi. Mudah2an pengalaman penulis tadi dapat mendorong anda para pemimpin untuk selalu siap untuk melakukan prosescounseling kapanpun, dimanapun dalam kondisi apapun.

Namun hati-hati, Anda saat itu mungkinjustru sedang berjibaku denganemosi, pikiran negatif, atau fokus dan perhatian pada hal lain. Sehinggabukan solusi yang didapatkan, tapi hanya moment 'curhat' semata. Sehingga membuat anda kehilangan sebuah sesi yang memungkinkan pandangan mengenaikepemimpinan Anda akan lebih berkualitas dan lebih tinggi lagi.

Pemimpin yang luar biasa tidak menghindari detik-detik disaat orang lain butuh seorang konselor yang baik, yang bukan hanya hebat dalam mendengarkan, tetapi hebat dalam memahami dan mencari akar persoalan lalu mencarikan solusi.

Mari bersama-sama kita kuatkan mental kita untuk meresapi, mempelajari, mencerminkan dan melatih untuk apapun situasi leadership kita termasuk dalam melakukan proses counseling.

Dan katakan bahwa saat inilah saat terbaik untuk menjadi pemimpin yang luar biasa.

Salam Sukses !!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun