Banyak yang bertanya kepada Penulis. "Apa butuhnya saya mempelajari kepemimpinan ?, Toh saya hanya seorang ibu rumah tangga !"
Hummm..penulis hanya bisa tersenyum karena pertanyaan itu sudah dilontarkan ratusan kali kepada penulis. Tanpa Anda sadari sebenarnya mau- tidak mau,suka-tidak suka, Anda adalah pemimpin. Anda pemimpin di rumah untuk anak-anak dan pembantu dirumah,di kampung, di organisasi, di kantor atau setidaknya, Anda adalah pemimpin untuk diri sendiri.
Sebagai pemimpin atau leader, salah satu tugas besar Anda adalah mengembangkan orang-orang di sekitar Anda pada saat apapun dan dalam kondisi apapun. Dan salah satu teknik untuk mengembangkan orang-orang disekitar anda adalah dengan melakukanCounseling. Counseling adalah salah satu tugas utama seorang leader untuk memecahkan masalah atau persoalan yang bersifat pribadi yang mungkin akan menurunkan motivasi dan semangat berkerja.
Memimpin tanpa kemampuan counseling, sama juga bo'ong. Sebagai konselor, Anda harus punya kepekaan. Memang tidak mudah untuk mempertajam kepekaan sehingga seorang konselor dapat memberikan solusi yang tepat. Penulis hanya dapat menyarankan satu tips singkat yaitu : Latihan !
Untuk menggambarkan situasi counseling tersebut, Penulis akan memberikan gambaran melalui pengalaman pribadi. Bukan sebagai pemimpin besar di suatu kantor atau organisasi, tapi sederhana saja, sebagai pemimpin di rumah sendiri.
Pengalamanini, sama sekali bukan best practice, bukan juga arahan manual yang sudah tersistem.
Suatu sore, sepulang dari bekerja isteri penulis, bercerita tentang kebijakan yang dinilai tidak berpihak kepada karyawan yang pada akhirnya berpengaruh pada semakin kecilnya bonus karyawan. Saat itu, kami baru saja sampai dirumah dan masih dalam keadaan sama-sama letih. Isteri bercerita dengan menggebu-gebu tentang betapa tidak adilnya kebijakan perusahaan tadi terhadap karyawannya.
Setelah isteri selesai bercerita, penulis katakan kepada isteri, "umi, posisikan diri umi sebagai sebuah perusahaan, sebelum memberikan penilaian". Isteri penulis kemudian merespon dengan cepat, "Tapi Bi, memang benar, kebijakan kantor saat ini kayaknya hanya menguntungkan kantor aja tanpa memperdulikan karyawannya."
Dan kalimat tersebut diiringi dengan naiknya volume suara yang menandakan naiknya tingkat emosi isteri penulis.
Bukan perkara mudah menghadapi situasi semacam ini. Apalagi di jam-jam yang peka emosi seperti pada saat pulang kerja. Penulis pun susah payah mencari saat yang tepat untuk kembali bicara, sembari menahan keras emosi penulis akibat keletihan. Jangan sampai, penulis justru ikut masuk ke kancah perang staff vs perusahaan ini.
Di titik itulah,penulis mencoba mengalihkan situasi emosional yang entah karena emosi, entah karena larut dalam konflik, entah karena terlalu sibuk berfokus pada sesuatu, akan membuat semua pihak kehilangan kesempatan, untuk dapat menyuntikkan pelajaran dan masukan yang sangat berharga.
Di tengah upaya untuk mengalihkan pembicaraan sejenak itu, penulis berusaha keras untuk memahami apa yang terjadi. Menurut kacamata penulis, ada kesenjangan yang muncul di antara pemahaman isteri tentang kebijakan perusahaan dengan penyampaian maksud dari kebijakan yang sudah ditetapkan kepada para staff tersebut.
Penulis berpendapat,mungkin dengan memberikan analogi maka penjelasan terhadap persoalan yang terjadi akan lebih mudah tersampaikan. Penulis pun berkata pada isteri, "Coba kalo Abi lagi gak punya duit, tapi saat itu harus bayar gaji pengasuh anak kita,kira-kira Abi bisa gak yah ambil keputusan sepihak untuk menunda pembayaran gajinya?", sambil mencoba memvisualisasikan kalimat dengan gerakan seolah-olah sedang berfikir. Namun isteri penulistampaknya masih belum puas dan menerima penjelasan dengan analogi tadi.
Lalu penulis mencoba memberikan analogi lagi, "Kalo anak kita biasa dikasih jajan Rp.10.000,-/hari lalu abi kurangi menjadi Rp.7000,-/hari, karena abi harus melunasi cicilan hutang yang sudah jatuh tempo kira-kira adil gak ya ?". Dari raut wajah sepertinya isteri penulis sudah mulai tenang,hal tersebut menandakan sudah ada informasi yang diterima.