Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.www.klinikdrwidodo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rahasia Diet Jepang, Langsing dan Umur Panjang

24 April 2025   19:40 Diperbarui: 24 April 2025   22:18 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aktivitas Fisik Sebagai Gaya Hidup
Gaya hidup aktif masyarakat Jepang tidak selalu berasal dari olahraga berat, melainkan dari aktivitas fisik ringan yang dilakukan terus-menerus sepanjang hari. Penggunaan transportasi publik yang luas membuat masyarakat berjalan kaki dalam jumlah yang cukup setiap hari, baik saat berangkat kerja, belanja, maupun sekolah. Jalan kaki menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas, bahkan di kota besar seperti Tokyo. Di samping itu, bersepeda juga sangat umum, bahkan untuk lansia, yang semakin memperkuat budaya hidup aktif. Kebiasaan duduk di lantai saat makan, menonton TV, atau berinteraksi keluarga juga mendorong tubuh untuk aktif secara alami. Posisi ini mengharuskan otot pinggul, lutut, dan punggung bekerja lebih sering untuk bergerak dan menopang tubuh. Selain itu, budaya bersih-bersih seperti menyapu halaman, mencuci tangan, hingga menjaga kebersihan rumah sendiri membuat masyarakat tetap bergerak meski tanpa rutinitas olahraga formal. Gaya hidup ini berperan penting dalam menjaga kebugaran fisik dan metabolisme tetap aktif sepanjang hari.

Tidur yang Berkualitas dan Disiplin Waktu
Kedisiplinan masyarakat Jepang tercermin juga dalam pola istirahatnya. Waktu tidur yang cukup, umumnya 6–8 jam per malam, dijaga dengan konsisten untuk mendukung fungsi tubuh secara optimal. Tidur yang berkualitas berperan penting dalam menjaga keseimbangan hormon yang mengatur nafsu makan, yaitu ghrelin dan leptin. Ketika tidur terganggu atau kurang, hormon ghrelin (yang memicu rasa lapar) meningkat, sementara leptin (yang memberi sinyal kenyang) menurun, sehingga memperbesar risiko makan berlebihan dan obesitas. Pola hidup yang menghormati waktu tidur ini juga mendukung kerja metabolisme tubuh, memperkuat sistem imun, dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Banyak masyarakat Jepang yang memilih tidur lebih awal dan bangun pagi, mengikuti irama sirkadian alami tubuh. Hal ini menjadikan tubuh lebih siap menghadapi aktivitas harian, dengan energi yang stabil dan fokus yang terjaga. Gaya hidup ini secara tidak langsung turut menjaga berat badan tetap ideal dan mencegah penyakit kronis akibat gangguan tidur.

Minim Camilan dan Anti Jajan Sembarangan
Berbeda dengan banyak budaya lain yang terbiasa mengonsumsi camilan manis atau makanan cepat saji di antara waktu makan, masyarakat Jepang cenderung tidak memiliki kebiasaan ngemil. Jika pun ada, camilan mereka biasanya berupa buah segar, kacang panggang, atau camilan ringan rendah kalori dalam porsi yang sangat kecil. Hal ini membantu menjaga kestabilan kadar gula darah dan menghindari lonjakan insulin yang bisa memicu rasa lapar berulang dan penumpukan lemak tubuh. Minimnya kebiasaan jajan sembarangan juga dipengaruhi oleh budaya makan teratur dan disiplin. Anak-anak Jepang diajarkan untuk makan pada jam yang ditentukan dan tidak meminta makanan di luar waktu tersebut. Selain itu, makanan ringan yang dijual pun umumnya dalam porsi kecil, tidak seperti ukuran jumbo di negara-negara Barat. Kombinasi dari kedisiplinan waktu makan dan kualitas camilan yang sehat ini membuat pola makan masyarakat Jepang lebih terkendali dan tidak mudah tergoda konsumsi berlebihan.

Menjadi ramping dan sehat seperti masyarakat Jepang bukan hasil dari keberuntungan genetis semata, tetapi dari konsistensi dalam gaya hidup sehat. Mengonsumsi nasi bukanlah masalah selama dikombinasikan dengan pengendalian porsi, makanan bergizi seimbang, aktivitas harian yang cukup, serta pola hidup sadar dan tertib. Pola ini dapat diterapkan secara universal dan menjadi inspirasi bagi masyarakat dunia dalam membentuk tubuh sehat secara alami.

Kunci keberhasilan diet orang Jepang tidak terletak pada pantangan ekstrem atau tren diet tertentu, tetapi pada pola hidup yang seimbang dan sadar. Mereka mengonsumsi nasi, tetapi dengan porsi wajar. Mereka makan beragam jenis makanan, tetapi tidak berlebihan. Mereka aktif bergerak, namun tidak harus berolahraga berat. Pola makan dan gaya hidup yang tertanam secara budaya inilah yang membuat mereka langsing secara alami.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun