Mohon tunggu...
Samuel HasudunganTampubolon
Samuel HasudunganTampubolon Mohon Tunggu... Buruh - Seseorang yang senang belajar dan mengajar

Boleh berganti buah, tapi jangan lupa akar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kali Ini Agak Serius: Tentang Perguruan Tinggi

27 Mei 2020   22:23 Diperbarui: 27 Mei 2020   22:50 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tulisan ini sudah lama ingin saya buat. Namun karena malas membahas hal-hal terkait copit, saya undur dulu. Jadi wajar jika anda merasa kok tulisan ini gak up to date. Wong ini tulisan udah dari jauh hari cuma gak di-publish. 

Bagimana jika besok kampus ditutup, mahasiswa diliburkan dari kelas. Orang tua murid diliburkan dari uang kuliah dan... tenaga akademik (termasuk saya), kena PHK. Entah saya harus apa, mungkin jadi Youtuber. Tapi bukan yang prank ya.

Kalau ngomongin soal PHK, adalah wajar bila kampus khawatir dengan kondisi tingkat akhirnya kelak. Lah yang sudah kerja saja kena PHK, bagimana pula yang baru lulus dapat kerja? Fix, ini serem kalau dibicarain. 

Tapi diskusi hal sensitif memang harus dibiasakan. Mau gak mau, mahasiswa harus adaptif. Kampus dan mahasiswa harus sudah mulai mendeteksi pekerjaan apa yang tidak kena trend PHK. Harus juga mendeteksi pekerjaan apa yang malah membutuhkan lebih banyak pekerja. Sudah tahu belum? Kalau belum, ya cari tahu dong...

Bisnis juga ada yang tutup. Mungkin ada yang tutup bangkrut, ada juga yang sekedar tutup pintu karena physical distancing. Sekali lagi, keadaan memang sedang keruh, namun mulailah deteksi bisnis apa yang malah membutuhkan tambahan pekerja. Sudah tahu belum? Kalau belum, ya cari tahu dong... Ok, mungkin hal ini akan kita jadikan tulisan di lain hari.

Oh iya, mungkin badan eksekutif mahasiswa atau himpunan mahasiswa atau yang sejenisnya juga harus mulai memikirkan bagaimana cara operasi mereka ketika nanti mahasiswa sudah mulai masuk kampus lagi. Sepertinya, salam-salaman akan dikurangi. Event olahraga kampus mungkin dibatasi penontonnya. 

Bagi yang wajib makan di kantin, baris-berbaris antri akan menjadi jarak-berjarak antri. Bagi yang sistem asrama mungkin akan mulai mengurangi kuota penerimaan mahasiswa. Dari sekamar asrama yang 10 orang mungkin jadi 3 orang. Dari sekelas pertemuan yang 100 orang mungkin jadi sekelas 50 orang.

Entahlah sekarang ramai berita tentang second wave, yaitu bagi negara yang sudah mulai menurun pertambahan pasien baru, setelah melakukan relaksasi peraturan, malah angka pertambahan pasien baru naik lagi. 

Menurut saya, kalau mau ngomong pesimis, mungkin akan ada third wave, bahkan mungkin nineth wave. Itu kalau trendya Turn - Turun -Turun - Naik - Naik. 

Menurut saya, kalau memang copit tetap menyerang dalam jumlah besar dalam beberapa bulan atau tahun ke depan, naik turun seperti ini mungkin akan ada. Siapapun kita harus bersiap diri. Tapi saya bukan peramal loh ya.

Hayo, siapa di sini yang setuju ospek kejam? Siapa yang tidak setuju ospek kejam? Ya terserah sih apa pilihan kalian. Saya menduga bahwa ospek akan memasukkan unsur yang membuat mahasiswa baru  rajin cuci tangan, tidak sentuh wajah, tidak salaman, apalagi seratus orang minum dari satu botol.

Hei inget hei inget Murphy's Law: "Anything that can go wrong will go wrong"

Kampus berjalan seperti biasa dan tatap muka seperti biasa. Namun ada protokol yang jelas jika ada yang terkena Corona. Namun, tidak serta merta seluruh kampus ditutup. Tidak serta merta seluruh kelas tatap muka ditiadakan. Apa mungkin? Aku gak mau jawab mungkin atau tidak mungkin , hanya saja, bagaimana nanti dengan beban petugas medis kita?

Ok... Mari kita bahas satu, per satu namun tak berurutan...

Wisuda jarak jauh. Saya rasa wajar bila wisuda tahun ini dilaksanakan jarak jauh atau dari rumah masing-masing. Selow, ya aku juga merasa ini gak wajar, coy. But let's agree to disagree lah. Ok lah yang diwisuda ada 1.000 orang. Terus tiap orang membawa at least 3 orang keluarga atau saudara.  Udah ada 4.00 orang di satu lokasi. Belum lagi para penjual bunga, para penjual boneka, para penjual cangcimen, para penyedia papan bunga, dll. 

Oh iya, ada kru sound system, kru lampu, paduan suaran, paduan musik, kru dekorasi, kru konsumsi, dll. Biasanya, mahasiswa tingkat 2 dan tingkat 3 ada aja yang ikut tuh jadi panitia. Hmm biasanya ada pejabat yang diundang dan biasa juga pejabat datang bareng sanak familinya. Dah berapa sekarang? 5.000 orang nyampek gak? Padahal yang diwisuda seperlima doang. Fix, ini serem.

Tahun ini mungkin ada prodi atau kampus yang tidak maksimal dalam memberikan materi pelajaran. Apalagi praktikum yang harus di laboratorium dan tidak bisa digantikan via online. 

Maka artinya tahun depan, beban kampus bisa jadi 2 kali lipat dong. Karena yang harusnya dilakukan tahun ini, dipindahkan jadi ke tahun depan.

 Begitu juga dengan kerja praktik lapangan di pabrik yang digantikan dengan via online. Namun jika mahasiswa tidak pusas dengan yang via online dan ingin kerja praktik lapangan di pabrik tahun depan... maka kampus wadadidaw doooonnnggg...

Ah terlalu nyata deh, mari kita nge-fiksi dulu.

Eh dari tadi udah nge-fiksi sebagian sih.

Kalau pernah nonton film Harry Potter, mungkin anda tahu sekolah Hogwarts. Di sana terdapat sebuah ruang makan yang besar, mungkin isinya puluhan atau ratusan orang. Agak ngeri sih kalau ngebayangin keadaannya di masa sekarang. Mungkin hal ini dapat diakali dengan waktu makan dalam 2 shifts. Atau mungkin ya sikurangin aja jumlah muridnya. Buset dah gampang banget tuh gua ngomong.

Kalau anda pernah nonton Game of Thrones, mungkin anda familiar dengan The Citadel. Buat gua ini adalah visualisasi yang keren banget tentang sekolah, atau let's say perguruan tinggi, di zaman dulu. The Citadel adalah salah satu ingatan dunia, yaitu tempat dimana semua catatan sejarah, peradaban, kisah perang, data , informasi, biografi raja-raja, wabah penyakit, semuanya ada disimpan di sini. 

Bukan hanya sebagai penyimpanan data, para Scholars dan Maester juga melakukan berbagai penelitian. Eksperimen berbahaya dilakukan di The Citadel. Informasi tentang ramalan kondisi musim pun berasal dari The Citadel lalu di broadcast ke seluruh Westeros. Bahkan penyakit mematikan pun dicoba untuk diobati di sini. Namun tidak semua orang Westeros mau jadi nerd atau geek. Masih ada kebun untuk dipanen, dan masih ada perang untuk dimenangkan. Ok, itu 1 visualisasi.

Kita lanjut ke visualisai lainnya. Pernah nonton Naruto? Hal yang paling mencolok adalah, 1 orang guru, muridnya cuman 3 orang. Itupun mereka mengarungi dari awal pengajaran hingga terjun lapangan bersama-sama. Kalau di sekolah saya dulu sih tiap naik kelas, wali kelasnya ganti.

Anda tahu kenapa saya bawa cerita Hogwarts dari Harry Potter, The Citadel dari Game of Thrones dan kisah Naruto?

Saya juga lupa kenapa.

Hmmm...

Ok, saya sudah udah ingat. Thanks udah ngingatin.

Di awal saya sempat bilang dugaan kalau kampus bakalan ngurangin jumlah mahasiwa baru. At least sampai vaksin copit ditemukan. Di satu sisi, jika memang akan ada penurunan ekonomi, dan biaya sekolah makin mahal, maka secara kemampuan ekonomi masyarakat itu sendiri bisa disimpulkan bahwa perguruan tinggi 'tidak' untuk semua orang. Bahkan lebih "tidak" daripada kondisi yang sekarang. 

Di sisi lain, saya duga biaya sekolah akan makin mahal, karena, misalnya, ada fasilitas untuk 1.000 orang, ada pengajar untuk 1.000 mahasiswa, namun mahasiswa nya cuman ada 100 orang. 

Lah tapi kan biaya operasional menurun? Iya sih, menurun kalau lapangan gak dibersihkan, lampu gak dinyalakan, dan pengajar kena PHK coy. Jadi misalnya ada 100 pengajar untuk 1.000 mahasiwa, sekarang cuman butuh 10 pengajar karena cuman ada 100 mahasiswa. Fix, ini serem.

Hal ini dapat berdampak juga pada index daya saing suatu daerah atau bahkan suatu negara. Karena para pengajar, misalnya dosen, juga mengemban tugas dan fungsi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Fix, ini... wait bentar. Saya rasa, dunia pendidikan akan dihadapkan pada 2 pilihan. 

Yang pertama adalah jumlah  program studi tetap, namun jumlah mahasiswa turun. Atau yang kedua yaitu jumlah prodi berkurang, dan per prodi jumlah mahasiswa relatif tetap, hanya kelasnya saja dibagi dua supaya tidak menumpuk ramai. Which is literaly means mungkin akan ada prodi yang dihapus. Jeng jeng jeng jeeeng...

Dari trend yang ada, sepertinya prodi yang berhubungan langsung dengan dunia kesehatan akan tetap dan bahkan ditingkatkan dari segi jumlah mahasiswa, jumlah pengajar, dan pendanaan. Prodi yang terkait kuliner juga mungkin akan meningkat, bisa kita lihat dari banyaknya orang yang menemukan passion sebagai chef setelah membuat kopi dalgona from home.

Nah, kalau prodi yang mungkin bakalan tutup gimana nih? Fix, aku gak tahu.

Tapi menurut saya, selagi sebuah ilmu membutuhkan fasilitas dan infrastruktur yang relatif mahal dan berukuran besar, maka sah-sah saja jika prodi itu dipertahankan. 

Beberapa ilmu memang membutuhkan, misalnya mesin yang besar atau peralatan yang mahal jika dibeli secara perorangan atau dioperasikan di rumah. Katakanlah ada sebuah ilmu yang butuh percobaan di laboratorium dan satu tetes cairannya bernilai 1 juta Rupiah, itupun ujicoba ratusan liter, nah ini sih relatif mahal bagi sebagian orang. 

Atau mungkin belajar sebuah pabrik mini atau perakitan pesawat, jika rumah anda tidak punya ruang yang cukup atau halaman anda untuk parkir motor saja tidak bisa, mungkin akan ada kesulitan untuk parkir pesawat. Namun jika bisa digantikan perannya suatu studi ilmu tersebut dengan pembelajaran via online dan tidak harus di gedung kampus, maka with all respect, saya rasa prodi yang seperti itu yang akan...

Selain berdampak pada index daya saing suatu daerah atau negara, hal tersebut juga bisa bikin perusahaan (swasta) pusing. Setelah ekonomi sempat melambat, wajar bila perusahaan butuh tambahan baik dari segi jumlah pekerja maupun dari segi keterampilan. Perguruan tinggi adalah salah satu sumber yang diharapkan menghasilkan para pekerja dengan skill mumpuni nan mutakhir tersebut.

Oh iya bentar, mungkin anda setelah membaca tulisan ini, bisa chek and re-check terkait perusahaan Silicon Valley yang konon katanya tidak butuh ijazah kampus lagi. Benar atau tidak? Atau kah itu one in a million cases?

Ok, balik lagi ngomongin perusahaan (swasta). Kalau memang kapasistas kuantitas pada perguruan tinggi bekurang di suatu negara saya malah mikirnya perusahaan lokal akan rekrut tenaga kerja dari negara lain. Eiittss, tapi kalau di negara lain juga keadaannya sama, maka akan ada rebutan sumber daya manusia nih kayaknya. Artinya, bisa saja sumber daya manusia lokal kita yang direkrut ke negara lain.

Namun rebut-rebutan itu hanya berlaku untuk prodi yang memang jelas dibutuhkan oleh perusahaan besar, yang sedang melakukan pekerjaan besar dengan 'mesin' penelitan besarnya, dan proyek penelitian-pengembangan yang besar pula. Kebalikannya, gawat gawat gawat bagi prodi yang ternyata mahasiswa nya dapat dilampaui oleh orang yang gak kuliah tapi belajar lewat pembelaajaran online sambil di rumah aja.

Entah lah hal ini akan mempererat persahabatan dan perdamaian antar negara atau bakal menimbulkan perang antar perusahaan jutaan dollar untuk culik-menculik dan rayu-merayu tenaga ahli. Jika anda pelajar, sudah tahu posisi anda belum? Kalau belum, ya cari tahu dong...

Masih harus kita pahami bahwa dunia sedang dilanda perang dagan USA vs China. Bila memang hal ini mendnginkan atau bahkan membekukan dunia perdagangan, maka setiap negara sudah harus mulai bersiap untuk sebisa mungkin semua produk Made in Local. 

Manufaktur semuanya di dalam negerinya, kayaknya sih sulit 100 persen, tapi ya seberapa pun kemungkinan harus diupayakan lah. Negara atau perusahaan dengan modal yang besar, akan punya kemungkinan besar pula untuk menyerap para ahli teknologi yang merupakan alumni dari perguruan tinggi.

Mungkin anda bisa explore setelah baca tulisan ini tentang dunia pendidikan dan perguruan tinggi yang hingga sekarang adalah tempat para crazy rich berdonasi. Sejauh ini, semoga para crazy rich masih dan makin besar berdonasi untuk Hogwarts, The Citadel, Akademi Ninja, namun yang ada di dunia nyata. Apaan sih. Ok ulang dulu ya.

Mungkin anda bisa explore setelah baca tulisan ini tentang dunia pendidikan dan perguruan tinggi yang hingga sekarang adalah tempat para crazy rich berdonasi. Tentunya ada juga dana dari pemerintah. Sejauh ini, semoga pemerintah dan para crazy dan masih dan makin besar berdonasi untuk dunia pendidikan dan perguruan tinggi.

Thanks udah baca ya!
Stay safe and stay healthy!
Don't forget to be awesome!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun