Mohon tunggu...
Samuel Henry
Samuel Henry Mohon Tunggu... Startup Mentor -

JDV Startup Mentor, Business Coach & Public Speaker, IT Business Owner, Game Development Lecturer, Hardcore Gamer .........

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

ASBUN: Seni Menampilkan Kebodohan Diri

3 April 2016   14:51 Diperbarui: 3 April 2016   15:09 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suka atau tidak, situs seperti TemanAhok.com membuat persepsi yang berbeda. Baik pendukung maupun lawan politik akan sering berkunjung dan melihat progress statistik disana. Persepsi yang muncul adalah hasil dari penampilan situs itu. Hal seperti ini yang seharusnya ikut dipikirkan oleh tim politik dari tokoh lain. Berbagai argumen dan tudingan bisa menjadi senjata politik untuk menyerang lawan. Tiap kali menang atau kalah maka akan menjadi "angka yang akan dihitung". Survey politik dan berbagai polling lainnya tetap menjadi rujukan penting walau saat ini banyak dari kita senang mengklik link baik dari portal berita besar maupun abal-abal.

Menggiring opini publik dengan statement hanya bisa berhasil jika ada data pendukung dan hitungan yang menunjukkan bahwa selain timing yang tepat, isu yang dilontarkan pun haruslah sudah dikalkulasi terlebih dahulu. Perhatikan angka dari statement Ahok? Lebih banyak positif atau negatif? Hal ini nampak dari polling yang ada. Dengan asumsi survey dilakukan dengan jujur dan terukur baik, kita bisa menebak hasil akhir sebenarnya. Metode seperti ini: penggunaan statistik dan model peramalan sudah menjadi gaya biasa di luar negeri. Mungkin perlu lebih dipopulerkan di Indonesia. Kalau tidak akan muncul tudingan seperti Gerindra Sebut Survei yang Menangkan Ahok Itu Kalahkan Dukun Super.

Penting Mana: Konteks atau Konten?

Menurut pengamatan saya, terlepas dari gaya dan model pernyataan para tokoh diatas termasuk Ahok, banyak diantara mereka masih HANYA bermain dalam tahap konten baik dari segi isi dan teknis penyampaian statement. Isu politik dan argumen sepihak masih menjadi titik sentral sebagian besar. Bahkan sebagian dari tokoh yang kita bahas bahkan lebih bersifat egosentris. Mungkin itulah mengapa mereka belum bisa merebut hati publik.

Sebaliknya, mengambil sosok Ahok yang terkesan kasar dan tidak sesuai nilai kesantunan formal, mengapa bisa berhasil? Saya menduga karena tokoh ini sudah bermain di level konteks yaitu garis besar (bigplan). Betul sekali bahwa konten itu penting. Konten didasarkan pada isi, cara dan teknis. Jadi kesantunan, formalitas, etika masuk kedalamnya. Sementara konteks sebagai garis besar itu lebih bersifat utama dan melebar. Dalam hal ini Ahok memnberikan penawaran bigplan yang jauh lebih menarik yaitu pemimpin yang dipercaya dan tegas.

"Cacat" dari konten Ahok ternyata tidak mempengaruhi elektabilitasnya. Ya, saya juga melihat ada kekurangan dari Ahok namun jujur juga saya melihat perbaikan dari cara komunikasinya saat ini. Publik lebih melihat konteks yang ditawarkan daripada konten semata. Hari demi hari data dan angka semakin menunjukkan dukungan kepada Ahok dan ini adalah sebagian gambaran dari konteks yang ada.

Kita ingin memilih pemimpin yang baik. Salah satunya adalah melihat jejak rekam yang terbukti dan terukur. Survey tidak menjamin karena hanya diukur dalam jangka pendek (baca berita seputar hasil survey elektabilitas), namun dapat menjadi acuan sementara. Jadi, daripada sibuk melempar statement yang asbun, lebih baik para tokoh membuat pendekatan kepada partai. Mengusung visi dan misi yang akan diperjuangkan. Sementara partai sebaiknya menghindari statement bodoh yang lebih sering membuat keramaian daripada meredakan ketegangan.

Mungkin selain konsultan politik, saat ini, selain partai dan para tokoh politik juga membutuhkan tim PR (public relation) agar statement lebih nyambung dan tidak asbun.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun