Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Khilaf

4 Januari 2024   06:15 Diperbarui: 4 Januari 2024   06:21 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Niken oleh Sam Junus

Dikisahkan oleh :

Niken 27 tahun

     Aku tidak mau tinggal bersamamu lagi mas, buat apa kita menikah tapi mas seperti itu.
Apa masih kurang? Apa perlu menikahi lima orang lagi, baru puas?
Mas pernikahan itu kan seperti mas sendiri bilang, bahwa sakral tidak hanya masalah itu saja mas, tapi mengayomi istri, memberi nafkah istri secara lahir maupun bathin. Apa mas lupa dengan semua yang dulu mas ucapin sendiri?
Itu lah kata kataku yang berentet seperti senapan mesin. Mas Haryo hanya diam sambil menundukkan kepala. Sampai rokok yang ditangannya tidak berani di hisap hanya dimainkan dengan jari jari tangan kanannya.
     

     Aku tidak mau marah meledak ledak, walau perasaan ini sudah ingin meledak, aku kontrol semua, sehingga kata kataku bisa tertata rapi. Aku juga tidak mau menangis meraung raung, menjadi istri yang lemah dihadapan suami. Aku harus tampak tegar. Walau hatiku menangis menjerit, tapi semua aku tahan.

     Sudah ke empat kalinya, mas Haryo minta maaf pagi ini. Alasannya klise seperti aku dengar di sinetron, di novel dan di mana mana, yakni : Khilaf.
Apa betul khilaf?
Asal katanya dari bahasa Arab yang artinya tidak setuju, bertentangan namun sudah di adobsi dalam bahasa Indonesia, yang artinya, lupa, lalai, ingkar.

     Jika seseorang melakukan sesuatu dalam hal ini berhubungan dengan lawan jenisnya. Saat akan mulai atau suasana saat akan melakukan kegiatan, apakah lupa situasi? Apakah lupa status ? Sebenarnya hal itu tidak mungkin. Yang adalah adalah, bagaimana supaya kejadian ini tidak tercium oleh pasangan resminya.
Sehingga dipastikan dalam kondisi sadar betul. Kecuali pengaruh obat bius, obat tidur, alkohol atau psikotropika.
Padahal kan mas Haryo tidak memakai itu semua, hanya rokok, apa sedahsyat itu rokok dapat menyebabkan hilang kesadaran sementara waktu?


     Aku ambil kesimpulan, bahwa mas Haryo berkilah. Artinya hanya menutupi dari kebohongan dia.
Secara mendalam lagi, mas Haryo mengabaikan cinta seorang istri, atau menelikung atau menghianati hati dan perasaan istrinya.
Untuk itu aku sudah bulat tekat, tidak ada ampun, apalagi belum memiliki anak.
Dari pada akan terulang dan terulang.
Yang ada hanya akan curiga, sepanjang waktu hanya kecurigaan pada suami. Apakah itu pernikahan yang benar? Tidak, aku tidak mau hal itu terjadi.
Tetap harus diakhiri.
Mas Haryo tetap bersikukuh tidak mau berpisah. Dia merayu, meminta maaf dan apapun akan dia lakukan untuk mencegah perpisahan terjadi.
Dia berjanji demi apapunhal itu tidak akan terulang lagi.
Rayuan laki laki memang ampuh, memang kehebatannya disana. Untuk meluluhkan kerasnya hati wanita.
otakku terus berputar mencari solusi terbaik.
Aku akhirnya menemukannya.
Aku peluk mas Haryo, wajahnya tampak kaget, ada pertanyaan dalam matanya. Ada kecurigaan dalam sikapnya.

Baca juga: Menyesal

     Aku akhirnya mengampuni dia. Karena ini hanya pembuktian waktu saja pikirku.
Dengan syarat, bila terjadi lagi. Maka semua berakhir. Dengan nada gembira, mas Haryo mengatakan terima kasih sudah dimaafkan.
Dipeluk dan diciumnya aku.
Aku minta hal ini tertulis. Semua aku lakukan dengan baik baik. Suaraku tidak meninggi, nada ku juga tidak keras, kata kataku sopan dan tertata rapi.
Aku jaga keseimbangan perasaanku.
Setelah selesai menulis dengan segala sangsi nya. Aku simpan baik baik pernyataan itu.

     Lalu aku bersikap sebiasa mungkin, walau sulit hatiku kompromi terhadap sikapku pada mas Haryo. Tapi secara logika murni, aku telah mengampuni. Berarti aku harus bersikap baik sebagai tanggung jawab pernyataanku yakni mengampuni. Artinya melupakan semua yang terjadi dan kembali seperti sebelum kejadian. Sulit? Ya sangat sangat sulit, namun aku menyadari betul langkahku sehingga aku mau tak mau harus menjalankannya.

     Memang didunia ini dilematis, ada seseorang yang benar benar menyesal dan tidak ingin mengulangi lagi. Ada yang sadar secara penuh sehingga tidak mau masuk dalam arena perasaan, situasi tertentu dan lainnya. Tapi ada orang yang memang secara karakter akan mengarah ke sana, lebih berpikir keras bagaimana cara nya agar lebih rapi, tidak terdeteksi pasangannya. Karena memang kedewasaan emosional itu bukan dilihat dari usia, tapi karakter yang membentuknya.
Juga bukan karena ke imanan seseorang, ke imanan adalah bagian kecil. Yang ada adalah karakter kurang bertanggung jawab dalam ranah perasaan dan hati.
Juga bukan karena ke imanan seseorang, ke imanan adalah bagian kecil. Yang ada adalah karakter kurang bertanggung jawab dalam ranah perasaan dan hati. Bukan masalah tanggung jawab materi, atau tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Namun yang berhubungan dengan sensitifitas perasaan.
Sehingga hanya waktu yang membuktikannya. Mas Haryo masuk tipe yang mana.

     Akhirnya setelah berjalan tiga bulan dengan sikap yang baik dan semua baik baik saja, akupun sudah bersikap sewajarnya, walau dalam hatiku tetap waspada.
Karakter asli itu muncul kembali. Dan dapat ditebak apa yang terjadi ?
Memohon maaf kembali dengan alasan khilaf serta dibumbui macam macam alasan, seperti situasi lah yang bikin khilaf, suasana, kondisi rumah tangga yang saat itu sedikit ada gesekan dan lainnya, yang intinya mencoba mendobrak hatiku yang sudah beku. Wow......
Dan seperti film yang diputar ulang, kembali merayu dengan berbagai kata kata serta janji janji.
Aku hanya mengeluarkan surat yang di buat tiga bulan silam.
Aku tidak banyak kata kata lagi. Sudah cukup pelajaran mengenai khilaf dalam rumah tanggaku, terutama pada hati dan perasaanku.

Lalu aku pergi...........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun